Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eropa Alami Gelombang Baru Covid-19, Beberapa Negara Kembali Lockdown

Kompas.com - 13/11/2021, 16:50 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Gelombang baru Covid-19 menyapu seluruh Eropa dan membuat rekor baru di sejumlah negara.

Dalam beberapa hari terakhir, rekor infeksi harian virus corona tercatat di Jerman, Belanda, dan Austria. Sementara, kematian akibat Covid-19 jauh menurun dari tahun lalu di banyak negara Eropa.

Di Rusia, dengan hampir sepertiga dari populasinya sudah divaksin, telah mengalami lonjakan yang stabil selama dua bulan dan sekarang memimpin dunia dalam total kematian akibat virus corona untuk pertama kalinya.

Baca juga: Indonesia Masuk Negara Level 1 Covid-19, Apa Maksudnya?

Melansir NPR, Pemerintah Belanda pada Jumat (12/11/2021) mengumumkan akan kembali ke penguncian sebagian selama tiga minggu mulai Sabtu (13/11/2021) dalam upaya untuk memperlambat laju penyebaran Covid-19.

Dalam laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 7 November 2021, Eropa merupakan satu-satunya wilayah dengan peningkatan kematian akibat virus, naik 10 persen.

Secara keseluruhan, kasus virus corona baru menurun di sebagian besar dunia, tetapi naik 7 persen di Eropa dan 3 persen di Afrika.

Pekan lalu, direktur WHO untuk Eropa Dr Hans Kluge mengatakan, kawasan itu kembali ke pusat episentrum pandemi.

Baca juga: Deretan Sanksi di Berbagai Negara bagi Warga yang Menolak Vaksinasi Covid-19

Lonjakan kasus baru Covid-19

Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara kepada seorang jurnalis di St Petersburg, Rusia, pada 13 Juli 2021. Putin menggambarkan Rusia dan Ukraina sebagai satu orang, dan berpendapat Ukraina bisa stabil dan sukses jika mempertahankan hubungan baik dengan Rusia.SPUTNIK/ALEXEI SIKOLSKY via AP Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara kepada seorang jurnalis di St Petersburg, Rusia, pada 13 Juli 2021. Putin menggambarkan Rusia dan Ukraina sebagai satu orang, dan berpendapat Ukraina bisa stabil dan sukses jika mempertahankan hubungan baik dengan Rusia.

Keragu-raguan vaksin, berkurangnya kekebalan di antara pembatasan yang sudah diinokulasi, dan pelonggaran semuanya dianggap sebagai faktor dalam gelombang baru.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan lonjakan kasus baru dan kematian di sana karena keragu-raguan. Ia tak paham mengapa warganya enggan disuntik vaksin Sputnik V buatan lokal.

Di Jerman, tercatat ada lonjakan kasus baru pada Kamis (11/11/2021) dengan lebih dari 50.000 kasus.

Baca juga: Mengenal Molnupiravir dan Paxlovid, Dua Obat yang Diklaim Ampuh untuk Covid-19

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn menyebut negaranya harus melakukan semua upaya untuk memutus gelombang baru.

"Situasinya serius dan saya merekomendasikan agar semua orang menganggapnya seperti itu," kata Spahn.

Spahn dan Kepala Institut Robert Koch Jerman untuk penyakit menular, Lothar Wieler memperingatkan bahwa unit perawatan intensif di seluruh negeri berada di bawah tekanan parah dari pasien Covid-19, terutama di negara bagian Saxony, Thuringia, dan Bavaria.

Spahn mengatakan, tes Covid-19 gratis akan ditawarkan lagi mulai Sabtu (13/11/2021).

Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, hampir sepertiga penduduk Jerman belum sepenuhnya divaksinasi Covid-19.

Baca juga: Banjir Bandang di Jerman, Apa Saja yang Menjadi Penyebabnya?

Negara dengan tingkat vaksinasi tinggi bernasib baik

Ilustrasi suasana di Eropa pada Abad Pertengahan.Kunsthistorisches Museum/Pieter Brueghel the Elder Ilustrasi suasana di Eropa pada Abad Pertengahan.

Sebaliknya, Portugal dan Spanyol yang memimpin angka statistik vaksinasi Covid-19 Eropa dengan 80 persen, melaporkan kasus baru paling sedikit.

Kasus baru juga rendah di Perancis yang telah memberlakukan pembatasan sejak musim panas, termasuk persyaratan untuk menunjukkan paspor vaksin untuk melakukan hampir semua hal.

Sementara itu, Austria tampaknya hanya beberapa hari lagi untuk memberlakukan penguncian bagi siapa saja yang tidak sepenuhnya diinokulasi.

Baca juga: Pandemi Belum Usai, Epidemiolog: China Lockdown, Belum Lagi Eropa...

Kanselir Alexander Schallenberg menyebut penguncian nasional untuk yang tidak divaksinasi mungkin tak bisa dihindari.

Ia menambahkan, dua pertiga populasi tidak boleh menderita karena sepertiga lainnya menolak divaksin.

Jika pemerintah federal menyetujui, Upper Austria akan memberlakukan pembatasan pada yang tidak divaksinasi mulai Senin (15/11/2021).

Baca juga: Amankah Vaksin Sinovac untuk Anak 6-11 Tahun? Ini Penjelasan Epidemiolog

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Molnupiravir dan Paxlovid, Obat Covid-19 yang Diklaim Ampuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com