Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indeks Pemulihan Covid-19 Indonesia Nomor 1 di Asia Tenggara

Kompas.com - 11/10/2021, 16:25 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia menjadi negara dengan indeks pemulihan Covid-19 terbaik di Asia Tenggara pada bulan September menurut kantor berita Jepang Asia Nikkei

Dari daftar itu, Indonesia menempati peringkat 54 dunia dengan nilai 54,5, lebih baik dari peringkat indeks sebelumnya di posisi 92.

Capain ini juga menempatkan Indonesia sebagai negara peringkat pertama Indeks Pemulihan Covid-19 di Asia Tenggara.

Baca juga: Indonesia Urutan Teratas Se-Asia Tenggara dalam Pemulihan Covid-19

Metode penilaian

Indeks tersebut menilai negara dan wilayah dalam beberapa parameter penilaian, antara lain: 

  • Manajemen infeksi,
  • Peluncuran vaksin,
  • Mobilitas sosial.

Artinya semakin tinggi peringkatnya, maka semakin dekat tempat untuk pemulihan dengan infeksi yang rendah, tingkat inokulasi yang lebih tinggi, dan langkah-langkah jarak sosial yang kurang ketat.

Indeks recovery Covid-19 menurut Nikkei Asiascreenshoot Nikkei Asia Indeks recovery Covid-19 menurut Nikkei Asia
Metodologi

Indeks Pemulihan Covid-19 Nikkei memberi peringkat lebih dari 120 negara dan wilayah pada manajemen infeksi, peluncuran vaksin, dan mobilitas sosial pada akhir setiap bulan.

Indeks menghitung skor antara 0 dan 90 untuk setiap negara atau wilayah. Skor adalah jumlah dari tiga kategori konstituen dan sembilan subkategori seperti yang ditunjukkan di bawah ini:

Manajemen infeksi:

  • Kasus Covid-19 yang dikonfirmasi versus jumlah kasus puncak;
  • Kasus terkonfirmasi per kapita;
  • Tes per kasus.

Peluncuran vaksin:

  • Total dosis vaksin yang diberikan per kapita;
  • Dosis vaksin baru diberikan per kapita;
  • Bagikan orang yang telah divaksinasi lengkap.

Mobilitas:

  • Mobilitas masyarakat;
  • Indeks keketatan Oxford;
  • Kegiatan penerbangan.

Sumber data indeks termasuk Our World in Data; Laporan Mobilitas Komunitas Covid-19 Google; Pelacak Respons Pemerintah COVID-19 Oxford oleh Sekolah Pemerintahan Blavatnik, Universitas Oxford; dan Cirium, sebuah perusahaan data dan analitik penerbangan.

Baca juga: UPDATE Corona: Pasien Sembuh Indonesia Meningkat, Kasus Kematian Turun

 

Indonesia geser Singapura

Pengendara sepeda motor melintas dekat mural bertemakan disiplin bermasker untuk pencegahan penularan COVID-19 di Mataram, NTB, Minggu (29/8/2021). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/rwa.ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI Pengendara sepeda motor melintas dekat mural bertemakan disiplin bermasker untuk pencegahan penularan COVID-19 di Mataram, NTB, Minggu (29/8/2021). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/rwa.

Dalam pemeringkaan tersebut, Indonesia menggeser Singapura (peringkat 70), negara yang dianggap sukses dalam merespons pandemi dan Vietnam (118).

Singapura turun dari peringkat 56 ke peringkat 70, setara dengan AS dan tepat di belakang Inggris.

Negara-kota itu memerangi peningkatan infeksi yang eksponensial tetapi tidak mengabaikan rencananya untuk hidup berdampingan dengan virus, mengingat 98 persen pasien baru tidak menunjukkan gejala atau hanya memiliki gejala ringan.

Baca juga: 15 Perusahaan Ritel Terbesar Asia Tenggara 2021, Ada Tokopedia hingga Bukalapak

Peringatan epidemiolog

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menuturkan, bermacam indeks yang dikeluarkan oleh lembaga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

"Kakau disebut valid, semuanya valid. Tapi belum ada yang ideal, kalau bicara valid dan ideal ya tetap WHO. Masalahnya WHO itu kan tidak mau mengeluarkan ini, terlalu sensitif," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (11/10/2021).

Dalam level transmisi, Dicky menjelaskan bahwa Indonesia masih masuk ke dalam level paling bawah, yaitu community transmission.

Sementara community transmission tidak masuk ke dalam kriteria penilaian Asia Nikkei.

Angka kematian Indonesia tinggi

Dicky mengingatkan, angka kematian Indonesia masih jauh lebih tinggi dari Asia dan dunia.

Padahal, tingginya angka kematian dalam pengendalian wabah menunjukkan adanya masalah di hulu sampai hilir.

"Tidak bisa kita mengklaim kita sudah menang, masih jauh. Ini yang harus disadari, bahwa situasinya masih krisis, kita masih belum dalam situasi terkendali karena levelnya masih di community transmission," jelas dia.

Baca juga: 2 Hal Ini Bisa Mencegah Gelombang Ketiga Covid-19 pada Akhir Tahun

 

Potensi gelombang ketiga

Dengan situasi masih adanya penularan di komunitas atau community transmission, Dicky menyebut potensi gelombang tiga masih sangat tinggi.

Cakupan vaksinasi penuh yang belum mencapai 50 persen dan tingginya mobilitas akibat penurunan level PPKM juga harus diwaspadai.

Sebab, krisis varian Covid-19 Delta masih belum selesai, sementara 60 persen penduduk Indonesia termasuk kategori rawan infeksi.

Untuk itu, Dicky terus berpesan agar masyarakat tidak abai, meski level PPKM sudah menurun.

"5M harus terus, semua harus mawas diri. Kalau bekerja bisa di rumah, ya di rumah, kalau penting baru keluar. Seperti itu new normal yang harus diterapkan, cuci tangan, pakai masker," jelasnya.

Baca juga: Dirut Pertamina Nicke Widyawati Masuk Daftar Perempuan Paling Berpengaruh Dunia 2021

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com