Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Sputnik Terbang ke Luar Angkasa

Kompas.com - 04/10/2021, 08:56 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 64 tahun lalu, tepatnya 4 Oktober 1957, Uni Soviet menerbangkan satelit pertama buatan manusia yang diberi nama Sputnik, ke luar angkasa.

Melansir History, Sputnik yang berarti satelit dalam bahasa Rusia, diluncurkan pada 4 Oktober 1957 pukul 10.29 waktu Moskow dari pangkalan Tyuratam di Republik Kazakh.

Sputnik memiliki diameter 55, cm dan bobot 83,4 kg. Satelit itu mengitari Bumi satu kali tiap 1 jam 36 menit.

Dengan kecepatan 18.000 mil per jam, orbit elips Sputnik memiliki apogee (titik terjauh dari Bumi) 584 mil, dan perigee (titik terdekat) 143 mil.

Sputnik dapat terlihat dengan teropong sebelum matahari terbit atau setelah matahari terbenam.

Satelit itu juga mengirimkan sinyal radio kembali ke Bumi yang cukup kuat untuk ditangkap oleh operator radio amatir.

Orang-orang di Amerika Serikat yang memiliki akses ke peralatan semacam itu mendengarkan dengan takjub ketika wahana ruang angkasa Soviet itu mengirim sinyal saat melewati wilayah mereka beberapa kali sehari.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Garuda Indonesia Jatuh dan Terbakar di Deli Serdang

Keberhasilan Soviet menerbangkan Sputnik ke luar angkasa menandai permulaan sebuah era yang disebut sebagai era "Penjelajahan Antariksa".

Berlomba menjelajah luar angkasa

Sputnik diluncurkan sesuai dengan Tahun Geofisika Internasional, yaitu periode Matahari yang dinyatakan oleh Dewan Persatuan Ilmiah Internasional sebagai waktu ideal peluncuran satelit buatan untuk mempelajari Bumi dan tata surya.

Namun, banyak orang Amerika merasa terintimidasi dengan kemajuan teknologi roket dan satelit baru Soviet, yang pada saat itu selangkah lebih maju dari AS.

Sputnik berukuran sekitar 10 kali lebih besar dibandingkan ukuran satelit pertama AS yang ketika itu masih dalam tahap perencanaan, dan belum dijadwalkan untuk diluncurkan hingga setahun setelah satelit Soviet meluncur.

Pemerintah AS, militer, dan komunitas ilmiah terperangah oleh pencapaian teknologi Soviet, dan mendorong mereka bersatu untuk mengejar ketinggalan dengan Soviet.

Hal itu menandai dimulainya "perlombaan luar angkasa".

Perlombaan Soviet vs AS

Sputnik 2russianspaceweb Sputnik 2
Satelit AS pertama, yang diberi nama Explorer, akhirnya diluncurkan pada 31 Januari 1958.

Pada saat itu, Soviet telah meraih kemenangan lain dalam perlombaan luar angkasa, ketika mereka meluncurkan seekor anjing ke orbit dengan Sputnik 2.

Tidak berhenti sampai di situ, program luar angkasa Soviet yang diluncurkan di kemudian hari juga sukses meraih sederet pencapaian, utamanya dalam hal menjadi "yang pertama" di luar angkasa.

Serangkaian pencapaian Uni Soviet itu dimulai sejak akhir 1950-an hingga awal 1960-an, di antaranya mulai dari keberhasilan menerbangkan pria pertama di luar angkasa, wanita pertama, tiga pria pertama, perjalanan luar angkasa pertama.

Selain itu, mencatatkan pesawat antariksa pertama yang menabrak Bulan, pertama yang mengorbit Bulan, pertama yang menabrak Venus, dan pesawat pertama yang mendarat di tanah lunak di Bulan.

Sang rival, Amerika Serikat, akhirnya sukses meraih pencapaian besar dalam perlombaan luar angkasa di akhir tahun 60-an, yakni dengan keberhasilan mendaratkan dua astronot Apollo 11 di permukaan bulan pada Juli 1969.

Lantas, bagaimana nasib Sputnik I?

Pada Januari 1958, orbit Sputnik memburuk, seperti yang diperkirakan, dan wahana luar angkasa itu akhirnya terbakar di atmosfer.

Pencipta Sputnik I

Replika Sputnik 1 yang disimpan di Museum Dirgantara dan Angkasa Luar, Washington DC.nasa.gov Replika Sputnik 1 yang disimpan di Museum Dirgantara dan Angkasa Luar, Washington DC.
Mengutip This Day in Aviation, Sputnik I dirancang di OKB-1 (Biro Desain Khusus) oleh tim yang beranggotakan Mikhail Stepanovich Khomyakov, Maksim Khramov dan Oleg Genrikhovich Ivanovsky.

Satelit itu dibuat berbentuk bola dengan diameter 58,0 cm, dan terbuat dari paduan aluminium dengan ketebalan 2 milimeter.

Kedua bagian tersebut disambung dengan 36 baut dan diisi dengan nitrogen bertekanan.

Empat antena berbentuk “cambuk” ditempatkan di sekitar cangkang satelit, dengan sudut 35 derajat dari sumbu longitudinal.

Dengan tiga baterai dan peralatan berbahan perak-seng, massa Sputnik 1 adalah 83,6 kilogram.

Adapun kendaraan yang digunakan untuk meluncurkan Sputnik I adalah roket berbahan bakar cair dua tahap yang rancangannya mengacuk pada rudal balistik antarbenua R-7 Semyorka.

Roket R-7 dirancang oleh Sergei Pavlovich Korolev, yang dikenal sebagai The Chief Designer.

Roket itu memiliki panjang 29,167 meter dan diameter maksimum 10,3 meter di pangkalan, termasuk stabilisator.

Massanya adalah 267,13 ton saat lepas landas. Propelan yang digunakan adalah Kerosene T-1 dengan oksigen cair.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Tren
Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Tren
4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

Tren
SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

Tren
Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Tren
Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Tren
Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Tren
Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Tren
Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Tren
Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Tren
Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Tren
Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Tren
Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com