Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Munir dan Keabadian Perjuangannya...

Kompas.com - 07/09/2021, 12:10 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, 17 tahun lalu, pejuang kemanusiaan Munir Said Thalib mengembuskan napas terakhirnya setelah diracun pada 7 September 2004.

Tak banyak orang yang memilih jalan hidup untuk memperjuangkan hak asasi manusia (HAM) secara lantang, seperti Munir.

Namun, perjuangannya harus berakhir dalam penerbangan menuju Amsterdam, Belanda. Saat itu, Munir dalam perjalanan ke Belanda untuk melanjutkan studinya.

Detik-detik meninggalnya Munir

Pada 6 September 2004, pukul 21.55 WIB, Munir berangkat ke Belanda menggunakan pesawat Garuda penerbangan GA-974.

Sesaat sebelum lepas landas, ia sempat mengirim pesan kepada kawannya, Rachland Nashidik, dan Rusdi Marpaung (Ucok) yang saat itu menjabat Direktur Program Imparsial.

"Lan, Cok, aku berangkat, titip kantor dan anak istriku," tulis Munir.

Dalam perjalanannya, pesawat sempat transit di Bandara Changi, Singapura pada pukul 00.40 waktu Singapura, dan kembali melanjutkan penerbangan pada pukul 01.50.

Baca juga: 17 Tahun Kasus Munir: Kronologi dan Hasil Investigasi

Harian Kompas, 8 September 2004, memberitakan, Munir sempat terlihat seperti orang sakit setelah beberapa kali ke toilet, setelah pesawat lepas landas dari transitnya di Bandara Changi, Singapura.

Dalam perjalanan menuju Amsterdam, tiba-tiba Munir merasa sakit perut, setelah sebelumnya minum jus jeruk.

Munir sempat mendapat pertolongan dari seorang dokter yang berada dalam pesawat.

Dia kemudian dipindahkan ke sebelah bangku dokter dan mendapat perawatan.

Munir dinyatakan telah meninggal dunia pada pukul 08.10, di ketinggian 4.000 kaki di atas tanah Rumania.

Dua bulan setelah kematiannya, Kepolisian Belanda menemukan fakta bahwa Munir diracun setelah ditemukan adanya senyawa arsenik.

Sepak terjang Munir

Koordinator Kontras Haris Azhar memberikan pernyataan sebelum menyerahkan Kartu Pos Munir kepada Kementerian Sekretariat Negara RI di Jakarta Pusat, Selasa (17/1/2017). Ribuan kartu pos Munir itu terkumpul dari 20 kota di Indonesia dan ditandatangani oleh berbagai kalangan masyarakat untuk mendesak pemerintah segera mengumumkan isi dokumen tim pencari fakta (TPF) Munir.KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Koordinator Kontras Haris Azhar memberikan pernyataan sebelum menyerahkan Kartu Pos Munir kepada Kementerian Sekretariat Negara RI di Jakarta Pusat, Selasa (17/1/2017). Ribuan kartu pos Munir itu terkumpul dari 20 kota di Indonesia dan ditandatangani oleh berbagai kalangan masyarakat untuk mendesak pemerintah segera mengumumkan isi dokumen tim pencari fakta (TPF) Munir.
Salah satu perjuangan Munir yang terus dikenang adalah membela hak para korban penculikan rezim Orde Baru.

Di bawah rezim Orde Baru yang represif, penculikan para aktivis bukan merupakan hal yang mengejutkan. Bahkan, metode penculikan dijadikan rezim Orba sebagai strategi kotor untuk menghadapi kelompok anti-Orba.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

Tren
Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Tren
Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Tren
Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com