Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Munir dan Keabadian Perjuangannya...

Kompas.com - 07/09/2021, 12:10 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Kasus penculikan 1997-1998, contohnya, ada 24 orang yang menjadi korban dalam peristiwa itu. Sebanyak 13 orang di antaranya hingga kini masih hilang.

Diberitakan Harian Kompas, 6 September 2013, di tengah kerumitan kasus penculikan itu, Munir hadir bersama Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) dan tampil berani di depan publik.

Ia secara tegas mendesak agar negara bertanggung jawab atas peristiwa penculikan.

Baca juga: Imparsial: Komnas HAM Jadi Harapan Terdepan Penuntasan Kasus Munir

Tak hanya itu, Munir juga pernah melawan Komando Daerah Militer V Brawijaya untuk memperjuangkan kasus kematian Marsinah, aktivis buruh PT CPS Sidoarjo, Jawa Timur, yang diculik dan mati.

Banyak kasus-kasus pelanggaran HAM lain yang menjadi perhatian serius Munir. Di antara kasus-kasus tersebut adalah Tragedi Trisakti, Kerusuhan Mei, Semanggi, Talangsari Lampung, Timur Leste, Papua, Aceh, Ambon, Poso dan lainnya.

Perjuangannya itu tentu tidak dilaluinya dengan mulus. Ia seringkali mendapat ancaman dan kekerasan. Bahkan, rumahnya di Batu, Malang pernah dipasangi bom oleh orang tak dikenal.

Budiman Tanuredjo dalam artikelnya berjudul "Perginya Pahlawan Orang Hilang" yang dimuat Harian Kompas, 8 September 2004 mencatat, Munir pernah diancam akan dijadikan sosis oleh orang yang mengaku aparat keamanan saat membongkar kasus Marsinah.

Kendati demikian, Munir mengaku bukan seorang pemberani. Ia hanya menafsiri segala teror yang dialaminya dengan cara yang berbeda.

"Teror itu tergantung penafsiran kita sendiri," kata Munir.

"Kalau saya bilang saya dan keluarga takut, berarti si peneror berhasil menjalankan tugasnya," ujar Munir.

Menolak tawaran kursi parlemen

Ada pelaku yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran HAM berusaha untuk menawarkan kursi parlemen kepada Munir.

Syaratnya, Munir tak boleh meributkan berbagai pelanggaran HAM yang terjadi di masa Orba. Namun, Munir menolak tawaran tersebut secara tegas.

Keyakinan untuk memuliakan kemanusiaan sepertinya telah menghilangkan rasa takut dan nafsu materi dalam dirinya.

Bukan hal sulit bagi Munir untuk menjadi seseorang dengan kekayaan materi.

Akan tetapi, ia lebih memilih hidup sederhana dan berkendara sepeda motor untuk melangkah dan memperjuangkan kemanusiaan.

"Hak asasi manusia dalam konteks solidaritas kemanusiaan telah menciptakan bahasa universal dan setara yang melampaui ras, gender, sekat-sekat etnik atau agama. Itulah jalan di mana kita berada di pintu gerbang untuk berdialog bersama dengan semua orang dari berbagai kelompok sosial dan ideologi." Munir (1965-2004), dikutip dari Harian Kompas, 10 September 2009.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com