Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Kepemimpinan, Faktor Kunci Transformasi Desa di Indonesia

Kompas.com - 22/08/2021, 20:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Transformasi yang mereka lakukan memiliki dampak yang baik. Mereka telah meraih beberapa penghargaan atas kinerja pelayanan publiknya.

Semua transformasi digital ini tidak bisa dilakukan jika tidak ada sinergi antara perangkat desa dan pemimpinnya. Pada awal pelaksanaan transformasi digital, menurut riset Yuwono, Alfirdaus dan Manar (2020), Bupati Abdullah Azwar Anas meminta 20 sarjana akuntansi dengan IPK 3,5 dan 10 lulusan TI dengan IPK yang sama.

Ini memang standar yang tinggi bagi desa, tetapi hal itu berbuah baik ke depannya. Pada 2019, tercatat bahwa kabupaten Banyuwangi memiliki 13 orang teknisi aplikasi, 12 tenaga infrastruktur jaringan, dan 2 orang desain grafis.

Selain itu, pemerintah kabupaten Banyuwangi juga didukung oleh tenaga non-ASN dan juga 1.000 relawan pasukan media sosial yang bertujuan memberikan input tentang pesan berantai yang baik yang bisa disampaikan di media sosial.

Dari sini, sekilas kita melihat bagaimana peran pemimpin dalam menavigasi perubahan.

Tetapi, jika ditelisik lebih dalam, perangkat desa penting untuk mengeksekusi visi dari pemimpin.

Posisi yang diisi oleh SDM yang ahli dan memiliki kemampuan yang relevan, membuat Banyuwangi mampu melakukan transformasi digital dengan baik. Dengan soft skills dan hard skills yang mumpuni, perangkat desa dapat mempercepat kemajuan sebuah desa.

Pemimpin yang menggerakkan desa

Jika bicara tentang transformasi, tidak akan bisa dilepaskan dari peran kepemimpinan. Kepemimpinan menjadi suatu syarat absolut bagi entitas, organisasi, perusahaan, dan lembaga pemerintah untuk melakukan perubahan.

Suatu transformasi selalu diawali dari proses kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan yang baik selalu menunjukkan keteladanan yang baik pula.

Bicara bagaimana seorang pemimpin menggerakkan potensi daerah, sosok Azwar Anas memang tidak bisa dilepaskan dari diskusi pemimpin yang sukses mentransformasi daerahnya menjadi daerah digital.

Sempat disinggung di paragraf sebelumnya bahwa kepemimpinan Azwar berkontribusi terhadap perubahan wajah daerah Banyuwangi yang menjadi daerah maju, yang mampu memaksimalkan potensi daerahnya untuk kemajuan ekonomi.

Namun, selain Azwar Anas, ada sosok muda yang telah memimpin suatu desa di daerah Indonesia. Dia adalah Wahyudi Anggoro Hadi, seorang lurah dari desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta pada periode 2012-2018.

Ia memberikan keteladanan yang bisa dikatakan luar biasa. Wahyudi mencoba mengubah cara kerja perangkat desa yang lambat menjadi lebih disiplin dan cepat. Dia menerapkan itu pada dirinya sendiri. Dia berangkat lebih pagi dan pulang lebih sore. Selain itu, dia juga tidak segan-segan turun tangan membersihkan WC.

Wahyudi menjalankan prinsip bahwa air, pangan dan udara adalah tiga komoditas utama dalam pembangunan desa sebagai masa depan dunia.

Desa yang ideal adalah desa dengan air yang bersih, kualitas udara yang bersih dan pangan sehat. Menurutnya, tiga hal ini yang akan menentukan perkembangan masa depan desa-desa di Indonesia

Melalui Covid 19, Wahyudi berpendapat bahwa masyarakat harus reconnected with nature, kembali membangun relasi dengan Tuhan, sesama manusia dan juga alam.

Pandemi mengubah Kembali struktur tatanan sosial saat ini. Oleh karenanya perlahan Indonesia akan pulih. Ketika semua perangkat desa bahu membahu merangkai dan mengeksekusi gagasan, semua itu berangkat dari desa.

Kita memaknai kembali gotong royong sebagai pemantik hadirnya kerjasama, kekeluargaan, dan musyarawarah antara elemen desa.

Hal yang dilakukannya ini perlahan-lahan mengubah wajah perangkat desa yang awalnya bekerja santai menjadi lebih disiplin.

Dia juga melakukan perubahan lainnya yang membuat pelayanan di desa Panggungharjo menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Selain itu, anak muda juga turut berkecimpung melakukan perubahan di daerah. Riset saya tentang kepemimpinan menemukan banyak pemuda yang melakukan sesuatu untuk daerahnya.

Misalnya, Panji Azis Pratama mendirikan Isbanban Foundation di Banten, Reza Zaki yang mendirikan Rumah Imperium dengan tujuan meningkatkan kapasitas pemuda di daerahnya, Sumedang. Selain itu, juga,ada Goris Mustaqim yang turut mengembangkan kampung halamannya, Garut.

Ketiga sosok ini telah menunjukkan determinasi tinggi dan keinginan untuk membangun daerahnya sendiri. Mereka memegang teguh filosofi teori bubur panas, membangun negeri dari pinggir.

Bahkan, telah ada sosok pemuda yang telah menjadi kepala desa, seperti Adidaya Perdana yang adalah seorang milenial. Adidaya terpilih menjadi Kepala Desa Margoyoso, Kecamatan Salaman, Magelang.

Terpilihnya milenial seperti Adidaya membangkitkan optimisme bahwa kelak semakin banyak anak muda yang peduli membangun desa mereka. Modal ini dapat membuat Indonesia bisa menjadi negara besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com