Menanggapi penilaian tersebut, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, rangking dan perbandingan tersebut tidak bisa dihindari.
Menurut Dicky, penilaian itu harus dianggap sebagai bahan evaluasi bahwa pendekatan berbasis public health dalam menangani pandemi Covid-19 tidak bisa diabaikan.
"3T itu amat sangat memiliki daya ungkit sektor lain. Jika tidak direspons dengan strategi pandemi yang tepat, ya akan berdampak," kata Dicky kepada Kompas.com, Kamis (29/7/2021).
Baca juga: Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Selesai? Ini Prediksi Bloomberg dan Kata Kemenkes
Menurut dia, penilaian tersebut tidak bisa ditentang karena berbasis fakta dan sains.
Ia menuturkan, tingginya angka kematian akibat virus corona menjadi bukti kurangnya respons secara komprehensif dalam melakukan pencegahan dan program secara umum.
Meski tidak menerapkan penguncian ketat, Dicky menyebut Indonesia masih bisa mengendalikan pandemi dengan peningkatan 3T dan pendekatan berbasis sains lainnya.
"Intervensi yang dilakukan pemerintah akan berdampak secara ekonomi sosial, walaupun tujuannya kesehatan. Peningkatan 3T, isolasi karantinanya, visitasi, 5M dan vaksinasi harus dilakukan secara berkesinambungan," ujar Dicky.
Baca juga: Luhut: Kematian akibat Covid-19 Banyak Terjadi pada Orang dengan Komorbid dan yang Belum Divaksin