Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Rusia Temukan Covid-19 Disebabkan oleh Bakteri yang Terpapar Radiasi

Kompas.com - 09/05/2021, 12:05 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Sebuah unggahan di Facebook mengklaim bahwa otopsi di Rusia menemukan Covid-19 bukan disebabkan oleh virus, tetapi oleh bakteri yang terpapar radiasi.

Unggahan tersebut juga mengklaim bahwa infeksi tersebut dapat diobati secara efektif dengan antibiotik dan aspirin. Selain itu ada beberapa poin lainnya.

Salah satu pengunggah informasi itu adalah akun Facebook Anis Latuheru.

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta, informasi yang disebarkan itu dipastikan hoaks atau tidak benar.

Narasi yang beredar

Akun Facebook bernama Anis Latuheru mengunggah sebuah informasi mengenai Covid-19 di akun pribadinya.

Informasi itu dia unggah pada 1 Mei 2021, tanpa menyertakan foto ilustrasi.

Anis menyebut info yang dia bagikan bersumber dari Kementerian Kesehatan Rusia.

Hoaks Kementerian Kesehatan Rusia menyatakan Covid-19 bukan disebabkan virus tapi bakteri.Facebook Hoaks Kementerian Kesehatan Rusia menyatakan Covid-19 bukan disebabkan virus tapi bakteri.

Berikut ini adalah narasi lengkap yang dituliskan pengunggah:

"Rusia menjadi negara pertama di dunia yang melakukan otopsi (post mortem) terhadap jenazah Covid-19. Setelah penyelidikan menyeluruh, ditemukan bahwa Covid-19 tidak ada sebagai virus, melainkan bakteri yang telah terpapar radiasi dan menyebabkan kematian manusia melalui pembekuan darah.
Penyakit Covid-19 telah ditemukan menyebabkan pembekuan darah, yang menyebabkan pembekuan darah pada manusia dan menyebabkan pembekuan darah di pembuluh darah, yang membuat seseorang sulit bernapas karena otak, jantung, dan paru-paru tidak dapat menerima oksigen sehingga menyebabkan orang meninggal. segera.
Untuk mengetahui penyebab kekurangan energi pernafasan, dokter di Rusia tidak mendengarkan protokol WHO dan melakukan otopsi terhadap COVID-19. Setelah dokter membuka lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya dan memeriksanya dengan cermat, mereka memperhatikan bahwa pembuluh darah melebar dan penuh dengan gumpalan darah, yang menghambat aliran darah dan juga mengurangi aliran oksigen. Di dalam tubuh itu menyebabkan kematian pasien. Setelah mengetahui penelitian ini, Kementerian Kesehatan Rusia segera mengubah protokol pengobatan untuk Covid-19 dan memberikan aspirin kepada pasien positifnya. Saya mulai mengonsumsi 100 mg dan Imromac. Hasilnya, pasien mulai pulih dan kesehatannya mulai membaik. Kementerian Kesehatan Rusia mengevakuasi lebih dari 14.000 pasien dalam satu hari dan mengirim mereka pulang.
Setelah beberapa masa penemuan ilmiah, para dokter di Rusia menjelaskan metode pengobatan dengan mengatakan bahwa penyakit ini merupakan tipuan global, “Tidak lain adalah koagulasi di dalam pembuluh darah (penggumpalan darah) dan metode pengobatan.
Tablet antibiotik
Anti-inflamasi dan
Minum antikoagulan (aspirin).
Hal ini menunjukkan bahwa penyakit dapat diobati.
Menurut ilmuwan Rusia lainnya, ventilator dan unit perawatan intensif (ICU) tidak pernah dibutuhkan. Protokol untuk efek ini telah diterbitkan di Rusia.
China sudah mengetahui hal ini, tetapi tidak pernah merilis laporannya.
Bagikan informasi ini dengan keluarga, tetangga, kenalan, teman, dan kolega Anda sehingga mereka dapat menghilangkan rasa takut akan Covid-19 dan menyadari bahwa ini bukanlah virus, tetapi bakteri yang hanya terpapar radiasi. Hanya orang dengan kekebalan yang sangat rendah yang harus berhati-hati. Radiasi ini juga menyebabkan peradangan dan hipoksia. Korban harus mengonsumsi Asprin-100mg dan Apronik atau Paracetamol 650mg.
Sumber asal: Kementerian Kesehatan Rusia"

Untuk memudahkan, Tim Cek Fakta telah merangkum informasi di atas menjadi poin-poin berikut:

  1. Rusia menjadi negara pertama di dunia yang melakukan otopsi terhadap jenazah Covid-19
  2. Hasil dari penyelidikan menyeluruh disebutkan Covid-19 bukan virus, tapi bakteri yang terpapar radiasi
  3. Covid-19 menyebabkan kematian manusia melalui pembekuan darah
  4. Dokter di Rusia tidak mendengarkan protokol WHO dan melakukan otopsi terhadap Covid-19
  5. Dokter di Rusia mengatakan bahwa Covid-19 adalah penipuan global
  6. Menurut ilmuwan di Rusia ventilator dan unit perawatan intensif (ICU) tidak pernah dibutuhkan
  7. Hanya orang dengan kekebalan yang sangat rendah yang harus berhati-hati terhadap Covid-19
  8. Pasien Covid-19 harus mengonsumsi Asprin-100 mg dan Apronik atau Paracetamol 650 mg. Selain itu pasien Covid-19 juga di Rusia juga diberi aspirin atau obat pengencer darah.

Penelusuran Kompas.com

Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri narasi tersebut dengan mengubahnya ke bahasa Inggris pada poin-poin pentingnya.

Informasi serupa telah beredar di luar negeri dan dibantah oleh beberapa media seperti AP News dan Reuters.

Berdasarkan penelusuran kedua media tersebut, informasi itu merupakan hoaks.

1. Rusia bukan negara pertama

Melansir AP News, 8 April 2021, otopsi pertama pasien Covid-19 bukan dilakukan oleh Rusia, melainkan China.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com