Menurut dia, saat air surut gundukan itu terlihat jelas namun saat pasang tidak terlihat.
Gundukan pasir dan batu karang terdiri dari pasir, pecahan karang, dan bongkahan karang-karang masive yang sudah mati seperti karang porities, simphyllia, dan sebagainya.
Bongkahan karang diduga berasal dari karang yang sebelumnya masih hidup dan mati.
Bongkahan karang ini tereksposur sepanjang rataan terumbu yang terhempas dengan pasir dan patahan karang lain membentuk gundukan.
"Intinya belum bisa masuk kategori pulau, karena gundukan itu tenggelam saat pasang tertinggi. Ada kemungkinan semakin berkurang luasannya karena material penyusunnya pasir, kerikil, dan bongkahan karang yang tidak padat. Pasir dan kerikil akan tererosi oleh gelombang,"ujar dia.
Penemuan gundukan yang seperti pulau juga ditemukan di Sabu Raijua dan Kota Kupang.
Hal tersebut disampaikan oleh Imam.
"Di tiga lokasi ini bukan pulau tapi itu gundukan pasir atau batu karang," ujar Imam.
Imam menyebutkan, di Kabupaten Sabu Raijua, lokasi gundukan berada di Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat.
Adapun di Kota Kupang terdapat di Kelurahan Namosain, Kecamatan Alak.
Di Sabu Raijua, gundukan memiliki panjang mencapai 60 meter, sementara di Kupang panjang lebih dari 100 meter.
Fenomena lainnya yang terjadi usai siklon Seroja adalah munculnya danau baru di Kelurahan Sikumana, Kota Kupang.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Provinsi NTT, Dr Herry Kota mengatakan, jenis danau yang terbentuk tersebut adalah jenis danau dolina.
"Danau yang baru terbentuk di Sikumana ini masuk dalam kategori danau dolina atau danau karst," kata Herry.
Ia menyebutkan, pembentukan danau seperti itu kerap terjadi di daerah yang masuk dalam daerah bertopografi karst atau bentangan alam yang memiliki siklus hidrologi yang khas sebagai akibat dari perkembangan batu karbonat.