Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Jepang Lakukan Cangkok Paru Pasien Corona dari Donor Hidup

Kompas.com - 16/04/2021, 16:00 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang pasien Covid-19 di Jepang berhasil menerima transplantasi paru-paru pertama di dunia dari donor hidup.

Melansir The Guardian, 10 April 2021, dokter mengatakan dia dapat kembali ke kehidupan normalnya dalam waktu sekitar tiga bulan.

Pasien tersebut diidentifkasi sebagai perempuan dari wilayah barat Jepang, Kansai. Transplantasi dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit Universitas Kyoto pada Rabu (7/4/2021).

Baca juga: Begini Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Selama Ramadhan

Donor dari suami dan anak

Berdasarkan pernyataan dari rumah sakit, pasien yang mengalami kerusakan paru-paru parah akibat Covid-19 itu pulih setelah menjalani hampir 11 jam operasi.

Donor hidup diambil dari suami dan putranya, yang masing-masing menyumbangkan sebagian paru-parunya.

Sampai operasi selesai, kondisi ketiga orang ini tetap stabil.

Universitas Kyoto mengklaim bahwa operasi ini adalah transplantasi jaringan paru-paru pertama di dunia dari donor hidup ke orang dengan kerusakan paru-paru Covid-19.

Transplantasi dari donor mati otak di Jepang masih jarang terjadi, dan donor hidup dianggap sebagai pilihan yang lebih realistis bagi pasien.

Baca juga: Denmark Hentikan Penggunaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca Secara Total

Transplantasi sebelumnya

Universitas Kyoto mengatakan, sebelumnya, lusinan transplantasi bagian paru-paru yang diambil dari donor mati otak ke pasien dengan kerusakan paru-paru akibat virus corona telah dilakukan di AS, Eropa, dan China.

Pada Juni 2020, seorang wanita muda di AS telah menerima transplantasi paru ganda setelah virus corona menyebabkan kerusakan parah pada organnya.

Kasus ini adalah transplantasi paru-paru pertama yang diketahui di AS karena efek dari Covid-19

Dr Hiroshi Date, seorang ahli bedah toraks di rumah sakit yang memimpin tim beranggotakan 30 orang untuk operasi, mengatakan bahwa kini transplantasi donor hidup bisa jadi pilihan.

"Saya pikir ini adalah pengobatan yang memberi harapan bagi pasien dengan kerusakan paru-paru parah akibat Covid-19," kata Date, seperti dikutip dari The Guardian.

Baca juga: Apakah Vaksinasi Covid-19 Membatalkan Puasa? Ini Fatwa Mufti Arab Saudi dan Al-Azhar

Proses tranplantasi

Perempuan Jepang telah berhasil menerima donor ini, terjangkit infeksi virus corona pada akhir 2020.

Ia mengalami kesulitan bernapas yang dengan cepat memburuk.
Hidupnya ditunjang dengan mesin yang berfungsi sebagai paru-paru buatan selama lebih dari tiga bulan di rumah sakit karena paru-parunya rusak parah.

Akan tetapi, Universitas Kyoto mengatakan, bahkan setelah perempuan itu sembuh dari virus, paru-parunya tidak lagi berfungsi dan tidak dapat diobati.

Satu-satunya pilihan baginya untuk hidup adalah menerima transplantasi paru-paru.

Suami dan putranya dengan sukarela menyumbangkan bagian dari paru-paru mereka, dan operasi pun dilakukan.

Baca juga: Hampir Mirip, Ini Cara Mengenali Gejala Covid-19 dan Alergi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com