Melansir The Guardian, 10 April 2021, dokter mengatakan dia dapat kembali ke kehidupan normalnya dalam waktu sekitar tiga bulan.
Pasien tersebut diidentifkasi sebagai perempuan dari wilayah barat Jepang, Kansai. Transplantasi dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit Universitas Kyoto pada Rabu (7/4/2021).
Donor dari suami dan anak
Berdasarkan pernyataan dari rumah sakit, pasien yang mengalami kerusakan paru-paru parah akibat Covid-19 itu pulih setelah menjalani hampir 11 jam operasi.
Donor hidup diambil dari suami dan putranya, yang masing-masing menyumbangkan sebagian paru-parunya.
Sampai operasi selesai, kondisi ketiga orang ini tetap stabil.
Universitas Kyoto mengklaim bahwa operasi ini adalah transplantasi jaringan paru-paru pertama di dunia dari donor hidup ke orang dengan kerusakan paru-paru Covid-19.
Transplantasi dari donor mati otak di Jepang masih jarang terjadi, dan donor hidup dianggap sebagai pilihan yang lebih realistis bagi pasien.
Transplantasi sebelumnya
Universitas Kyoto mengatakan, sebelumnya, lusinan transplantasi bagian paru-paru yang diambil dari donor mati otak ke pasien dengan kerusakan paru-paru akibat virus corona telah dilakukan di AS, Eropa, dan China.
Pada Juni 2020, seorang wanita muda di AS telah menerima transplantasi paru ganda setelah virus corona menyebabkan kerusakan parah pada organnya.
Kasus ini adalah transplantasi paru-paru pertama yang diketahui di AS karena efek dari Covid-19
Dr Hiroshi Date, seorang ahli bedah toraks di rumah sakit yang memimpin tim beranggotakan 30 orang untuk operasi, mengatakan bahwa kini transplantasi donor hidup bisa jadi pilihan.
"Saya pikir ini adalah pengobatan yang memberi harapan bagi pasien dengan kerusakan paru-paru parah akibat Covid-19," kata Date, seperti dikutip dari The Guardian.
Proses tranplantasi
Perempuan Jepang telah berhasil menerima donor ini, terjangkit infeksi virus corona pada akhir 2020.
Ia mengalami kesulitan bernapas yang dengan cepat memburuk.
Hidupnya ditunjang dengan mesin yang berfungsi sebagai paru-paru buatan selama lebih dari tiga bulan di rumah sakit karena paru-parunya rusak parah.
Akan tetapi, Universitas Kyoto mengatakan, bahkan setelah perempuan itu sembuh dari virus, paru-parunya tidak lagi berfungsi dan tidak dapat diobati.
Satu-satunya pilihan baginya untuk hidup adalah menerima transplantasi paru-paru.
Suami dan putranya dengan sukarela menyumbangkan bagian dari paru-paru mereka, dan operasi pun dilakukan.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/16/160000265/dokter-jepang-lakukan-cangkok-paru-pasien-corona-dari-donor-hidup