Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kasus Sopir Avanza Tewas Diamuk Massa, Mengapa Orang Mudah Terprovokasi?

Kompas.com - 17/03/2021, 20:03 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Bukan semata aksi spontan

Menurut Hening, dalam situasi berkerumun, individu-individu itu akan lebih cepat terpengaruh pada satu teriakan instruksi dari salah satu di antara mereka.

"Tanpa pikir panjang ikut-ikutan saja, tanpa berpikir lebih jauh dan berpikir, apakah sikap dan perilakunya salah atau benar, merugikan orang lain atau tidak," kata Hening saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/3/2021).

"Ini sangat berkaitan dengan psikologi massa, di mana sangat mudah sekali untuk mempengaruhi kerumunan massa," kata dia.

Baca juga: Mengapa Kasus Kekerasan di Sekolah Taruna Masih Terjadi?

Hening mengatakan, secara psikologis, kerumunan atau massa merasa memiliki kekuatan bersama untuk melakukan suatu hal. Mereka merasa aman karena berkelompok.

"Berbeda sekali ketika individu hanya dalam situasi sendiri. Secara psikologis tidak memiliki kekuatan untuk melawan, lebih pasif dan terkendali sifatnya," kata Hening.

Hening juga menilai, pengeroyokan yang terjadi itu bukan semata aksi spontan. Ada latar belakang kuat yang kemudian meletup menjadi kekerasan kolektif.

Baca juga: Marak Kasus Kekerasan Seksual, Apa Isi dan Polemik RUU PKS?

"Kondisi psikologis masyarakat kita saat ini mudah sekali tersulut emosi. Hal ini dipengaruhi secara langsung maupun tidak, dengan situasi politik, ekonomi, dan sosial yang tidak stabil," kata Hening. 

Dia menyebut, ketidakstabilan situasi politik, ekonomi, dan sosial, telah memicu banyak individu untuk memendam stress akibat tekanan hidup yang mereka rasakan.

"Individu yang mengalami stres dan tekanan hidup, akan mudah tersulut emosi. Nalar dan logika terabaikan, sehingga mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah, bisa merugikan diri sendiri atau orang lain," pungkas Hening.

Baca juga: Garis Kotak Kuning di Tengah Jalan, Namanya Yellow Box Junction, Apa Fungsinya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com