KOMPAS.com - Ramai di media sosial Twitter tentang kisah diet dari aktris, Tya Ariestya yang dijadikan sebuah buku.
Beberapa hal dalam buku tentang diet tersebut mendapatkan banyak tanggapan dari warganet. Seperti di salah satu utas yang ditulis akun @gizipedia_id di Twitter.
"Awalnya bingung, knp bbrp pasien mulai tanya "Mba, emang sayuran bikin gemuk ya?" respon pertama, terfikir paling tabu budaya biasa pada bbrp orang. Makin lama, tambah banyak pertanyaan serupa. Lalu ketemulah salah satu penyebabnya. Yaitu, sebuah buku diet viral," tulis akun @gizipedia_id.
Twit tersebut mendapat 23,8 ribu Likes dan 14,6 ribu Retweets.
Awalnya bingung, knp bbrp pasien mulai tanya
"Mba, emang sayuran bikin gemuk ya?" respon pertama, terfikir paling tabu budaya biasa pada bbrp orang.
Makin lama, tambah banyak pertanyaan serupa.Lalu ketemulah salah satu penyebabnya. Yaitu, sebuah buku diet viral.
- utas - pic.twitter.com/c5t9wsmQqr
— Giped | Nutrition Basecamp (@gizipedia_id) March 2, 2021
Benarkah sayuran dapat menyebabkan kegemukan? Bagaimana tips diet yang benar? Pertanyaan tersebut dijawab langsung oleh ahli gizi sebagai berikut:
Baca juga: 5 Sayuran Ini Cocok Dikonsumsi untuk Diet dan Menurunkan Berat Badan
Dokter Ahli Gizi dr Tan Shot Yen menegaskan sayur sangat rendah kalori dan tidak dapat menyebabkan kegemukan.
"Mana bisa bikin gemuk. Jadi gemuk kalau dihajar dressing. (Makan) salad dibanjur saos," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (5/3/2021).
Tan menuturkan sayur merupakan serat yang mengatur metabolisme lemak dan penyerapan gula ke dalam darah.
"Serat tidak larut adalah prebiotik, menghidupkan jasad renik dalam usus besar (probiotik) yang justru berharga mengatur berat badan dan kekebalan tubuh," tegas dia.
Adapun makanan yang mempunyai serat tinggi, akan dicerna lambat oleh proses pencernaan sehingga tidak mudah lapar. "Rasa lapar tidak mudah muncul," ucap dia.
Tan menambahkan, sayur kaya akan polifenol, antioksidan, dan mineral. Tak hanya itu, sayur mudah didapat karena tumbuh di berbagai tempat dan negara.
"Kemopreventif sesungguhnya. Functional food. Mencegah penuaan dini, kanker dan penyakit degeneratif," kata Tan.
Menurut Tan, diet bukan berarti membatasi konsumsi makanan yang masuk dalam tubuh, melainkan menjaga pola makan yang benar.
"Diet itu arti benernya pola makan. Bukan pantangan atau membatasi makanan. Salah besar kalau mau sehat kudu diet," kata dia.
Menurutnya, penting untuk menjaga asupan gizi yang cukup dan baik bagi tubuh, karena manusia membutuhkan makronutrien dan mikronutrien.