Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Klinis Vaksin Nusantara Tahap 1 Dilaporkan Tingkatkan Antibodi

Kompas.com - 17/02/2021, 20:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Vaksin Nusantara yang dikembangkan di dalam negeri kerja sama antara Kementerian Kesehatan, Universitas Diponegoro, dan RSUP Dr. Kariadi Semarang, telah melalui uji klinis fase 1.

Hasil uji klinis tahap awal dari Vaksin Nusantara atau AV-COVID-19 ini dianggap telah memenuhi aspek keamanan karena tidak menimbulkan efek samping yang berarti.

Hal ini dipaparkan oleh salah satu Tim Peneliti Vaksin Nusantara dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, dr. Yetty Movieta Nency, SPAK. IBCLC.

"Hasil (uji klinis fase 1) baik dan aman," kata dr. Yetti kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (17/2/2021).

Baca juga: Mengenal Vaksin Nusantara Covid-19, Proses Pembuatan dan Cara Kerjanya

Klaim peningkatan antibodi

Menurut Yetti, berdasarkan data yang terkumpul, vaksin yang dikembangkan menggunakan pendekatan dendritik ini menghasilkan peningkatan antibodi pada tubuh penerimanya.

Sebanyak 27 orang yang menjadi subyek pada uji coba klinis fase 1 pada 23 Desember 2020-6 Januari 2021 ini menunjukkan peningkatan antibodi yang cukup signifikan.

Kenaikan itu bervariasi antar individu atau kelompok perlakuan. Namun, Yetty belum bisa membuka seberapa tinggi atau berapa angka persisnya kenaikan antibodi yang dihasilkan vaksin ini kepada publik.

"Ini kami lihat sekilas dari data 27 orang itu bagus, kenaikannya bagus. Rerata kenaikkan antibodi sebelum dan sesudahnya itu cukup tinggi. Tapi kami belum bisa sampaikan karena ini fase 1 dengan jumlah pasien yang baru 27 dengan pengamatan waktu yang sangat singkat, 4 minggu," ungkap dia.

Baca juga: Vaksin Nusantara Masuk Uji Klinis Fase 2, Bagaimana Keamanannya?

Efek samping

Diketahui dari 27 subyek yang menerima vaksin, disebutkan tidak ada yang mengalami efek samping dengan tingkat sedang atau berat.

Dijelaskan Yetty, efek samping yang dialami relawan uji klinis tahap 1 semuanya tergolong ringan.

Ia membaginya menjadi 2 kelompok, yaitu efek saamping sistemik dan lokal.

Pada efek samping yang sifatnya sistemik, ditemukan kelihan berupa nyeri otot, nyeri sendi, lemas, mual, demam, dan menggigil yang dilaporkan oleh 20 subyek.

Sementara 7 subyek sisanya dilaporkan tidak mengalami efek samping seperti disebutkan di atas. 

Kemudian untuk yang bersifat lokal, ditemukan efek samping berupa nyeri lokal, kemerahan, pembengkakan, penebalan, serta gatal pada titik suntik. Keluhan-keluhan ini datang dari 8 subyek, sementara 19 yang lain tidak mendapatinya.

Dari semua efek samping yang ada, Yetti menggarisbawahi semua bersifat ringan, bisa sembuh dalam waktu relatif cepat tanpa memerlukan obat lanjutan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com