Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Orang yang Sudah Divaksin Masih Bisa Jadi Pembawa Virus?

Kompas.com - 14/02/2021, 14:05 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program vaksinasi Covid-19 telah dimulai di berbagai wilayah dunia, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia, program vaksinasi telah dimulai sejak 13 Januari 2021.

Vaksin Covid-19 gelombang pertama diberikan terutama untuk para tenaga kesehatan yang berjuang di garis depan.

Melansir laman Kemenkes RI, Minggu (14/2/2021), saat ini proses vaksinasi dosis pertama telah diberikan kepada 1.060.326 penerima vaksin.

Sementara, vaksin dosis kedua telah diberikan kepada 415.486 orang.

Mereka yang sudah menerima vaksin Covid-19 diimbau tetap patuh protokol kesehatan dan pedoman pencegahan Covid-19.

Apakah mereka yang sudah divaksin tetap bisa menjadi pembawa virus, menularkan, atau tertular virus corona?

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, meski sudah divaksin, seseorang tetap bisa tertular maupun menularkan Covid-19.

"Dia masih bisa tertular dan menularkan kepada orang lain," ujar Nadia, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (14/2/2021).

Baca juga: Kemenkes Izinkan Ibu Menyusui, Orang dengan Komorbid, dan Penyintas Covid-19 Divaksin

"Vaksin memberikan perlindungan kepada diri sendiri tetapi masih mungkin untuk orang tersebut tertular," kata dia.

Oleh karena itu, Nadia menekankan, protokol kesehatan harus tetap dipatuhi.

"Kita masih dalam suasana pandemi, tentunya walau sudah divaksinasi kita tetap harus melaksanakan 3 M," ujar dia.

Seperti diberitakan Kompas.com, 22 Januari 2021, dokter umum yang juga Kandidat PhD bidang Medical Science di Kobe University, Adam Prabata, mengatakan, tujuan vaksinasi memang membentuk kekebalan terhadap suatu mikroorganisme.

Kekebalan itu baik kekebalan humoral atau cairan yakni antibodi dan kekebalan seluler contohnya sel limfosit T.

Ia mengingatkan, kekebalan tubuh yang terbentuk belum tentu 100 persen mencegah suatu infeksi.

Adapun efikasi atau kemanjuran adalah kemampuan suatu vaksin dalam mencegah penyakit dalam keadaan ideal atau terkontrol.

"Nah efikasinya seperti apa yang dituju itu tergantung protokol uji klinisnya. Kebetulan untuk vaksin Covid-19 ini sasarannya adalah Covid-19 yang bergejala. Jadi yang dihitung adalah efikasi vaksinnya untuk Covid-19 yang bergejala" ujar Adam.

Baca juga: Penjelasan WHO soal Kapan Antibodi Bekerja Setelah Divaksin Covid-19

Sementara, pada orang tanpa gejala (OTG), Adam menilai, vaksin mungkin dapat mencegah Covid-19 dari pasien OTG, tetapi masih perlu uji klinis.

Sementara itu, Ahli PAtologi Klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dr Tonang Dwi Ardyanto mengibaratkan seseorang yang disuntik vaksin seperti memiliki 3 perisai pelindung.

Mereka yang tidak divaksin hanya punya satu perisai.

Dengan demikian, seseorang yang divaksin akan mengalami gejala tiga kali lebih kecil saat terinfeksi dibanding mereka yang tidak mendapatkan suntikan.

“Apa artinya lebih kecil? Untuk mudahnya, orang yang divaksin itu seperti punya 3 perisai. Pertama, kekebalan alamiah atau imunitas, sedangkan yang kedua diperoleh karena dapat vaksin. Bayangkan orang dengan satu perisai dan 3 perisai, siapa yang lebih berisiko (terinfeksi)? Tentunya yang hanya satu perisai,” ujar Tonang, seperti diberitakan Kompas.com, 27 Januari 2021.

Ketika hanya satu perisai, maka seseorang itu lebih berisiko untuk timbul gejala. Padahal, mereka yang bergejala lebih berisiko mengalami perburukan.

"Proteksi yang diharapkan adalah mencegah timbulnya gejala kalaupun terpaksa terinfeksi Covid-19," ujar dia.

Apakah ke depannya vaksin dapat mencegah infeksi, Tonang mengatakan, akan diketahui di masa depan setelah ada bukti-bukti yang menunjukkan hal itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com