Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mutasi dari Varian Covid-19 di Inggris Disebut Dapat Memengaruhi Vaksin

Kompas.com - 04/02/2021, 08:04 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Laporan Public Health England pada Senin (1/2/2021) menyebutkan, mutasi dari varian baru Covid-19 di Inggris memungkinkan Covid-19 menghindar dari perlindungan antibodi.

Mutasi yang disebut E484K itu sudah menjadi bagian dari tanda genetik varian terkait dengan Afrika Selatan dan Brasil.

Menurut laporan PHE, dilansir dari CNN, Rabu (3/2/2021), mutasi itu baru saja terdeteksi pada setidaknya 11 sampel varian B117 Inggris.

Baca juga: Menilik Varian B117, Mutasi Virus Corona yang Diyakini Lebih Mudah Menular

Beberapa sampel tersebut kemungkinan telah memperoleh mutasi ini secara independen, alih-alih menyebar dari satu kasus.

Varian yang sudah terdeteksi tersebut disebut mudah menular dan menjadi agak kebal terhadap perlindungan antibodi yang ditawarkan oleh vaksin.

Para ahli menyebut, mutasi baru itu juga mungkin menyebabkan infeksi ulang di antara orang yang sebelumnya terinfeksi.

"Tampaknya ini bukan berita bagus untuk kemanjuran vaksin," kata peneliti di bidang epidemiologi di Yale School of Public Health, Joseph Fauver.

Ia menambahkan, temuan baru juga merupakan sesuatu yang terus dipantau di AS.

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Bukti menghindari antibodi

Seorang warga Jakarta melakukan pemeriksaan rapid tes antigen di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, sebagai salah satu syarat penerbangan, Jumat (24/12/2020).KOMPAS.com/AJI YK PUTRA Seorang warga Jakarta melakukan pemeriksaan rapid tes antigen di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, sebagai salah satu syarat penerbangan, Jumat (24/12/2020).

Para ahli mengatakan, masih terlalu dini untuk memprediksi apakah perkembangan ini akan berdampak besar pada lintasan Covid-19 di Inggris dan di seluruh dunia.

Namun, ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa E484K mungkin menjadi penyebab utama mengapa vaksin tertentu tampak kurang efektif di Afrika Selatan.

Novavax baru-baru ini mengumumkan bahwa vaksinnya 89 persen efektif dalam uji coba Fase 3 di Inggris, tetapi hanya muncul 60 persen efektif dalam studi Fase 2b terpisah yang dilakukan di Afrika Selatan.

Baca juga: Melihat Perbedaan Vaksin Buatan AS dengan Vaksin Buatan China, Ini Rinciannya...

Hasil serupa juga didapatkan oleh Johnson & Johnson, 72 persen efektif di AS dan 57 persen di Afrika Selatan.

Dalam kedua uji coba tersebut, 90-95 persen kasus di Afrika Selatan dikaitkan dengan varian B1351, yang mengandung mutasi E484K.

Banyak bukti awal menunjukkan bahwa antibodi tampaknya kurang mampu mengikat protein lonjakan yang timbul dari mutasi Covid-19 ini.

Baca juga: Melihat Efektivitas Vaksin Covid-19 yang Telah Diumumkan, dari Pfizer-BioNTech hingga Sinovac

Vaksin lebih penting

Antrean tenaga kesehatan peserta penerima vaksin Covid-19 di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/2/2021). Sebanyak 3.000 tenaga kesehatan dari berbagai rumah sakit ikut berpartisipasi dalam vaksinasi massal tersebut.KOMPAS.com/AGIE PERMADI Antrean tenaga kesehatan peserta penerima vaksin Covid-19 di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/2/2021). Sebanyak 3.000 tenaga kesehatan dari berbagai rumah sakit ikut berpartisipasi dalam vaksinasi massal tersebut.

Misalnya, studi terbaru menemukan bahwa antibodi dari orang yang divaksinasi kurang efektif dalam menetralkan virus sintetis yang mirip dengan yang ada dalam laporan PHE.

Artinya, antibodi mengandung mutasi penting dari B117 ditambah dengan E484K.

Jika dibandingkan dengan B117, mutasi E484K tampaknya meningkatkan standar tingkat antibodi yang dibutuhkan untuk mencegah virus buatan laboratorium dalam menginfeksi sel.

Baca juga: Simak, Berikut Tingkat Efikasi 7 Vaksin Covid-19

Studi ini mengambil sampel darah dari 23 orang yang telah menerima satu dosis vaksin Pfizer/BioNTech tiga minggu sebelumnya, dengan usia rata-rata 82 tahun.

Penelitian ini tidak dapat menunjukkan bagaimana hal ini memengaruhi kemungkinan orang sebenarnya untuk terinfeksi varian virus.

Paul Bieniasz, ahli virologi di Universitas Rockefeller mencatat, mutasi E484K telah muncul secara sporadis dalam beberapa sampel selama berbulan-bulan.

Baca juga: Epidemiolog: Sudah Ada 40.000-an Mutasi SARS-CoV-2

Namun, hingga saat ini tampaknya tidak menawarkan keuntungan bagi virus dalam populasi yang tidak memiliki kekebalan sebelumnya.

Strain B.1.1.7 yang pertama kali ditemukan di Inggris sekarang telah ditemukan di setidaknya 70 negara di seluruh dunia, termasuk sekitar 470 kasus yang diketahui di AS, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Para ahli mengatakan, pengujian agresif, mengikuti pedoman Covid-19 dan meluncurkan vaksin dengan cepat lebih penting dari sebelumnya.

"Kami perlu memvaksinasi sebanyak mungkin orang dan secepat mungkin. Meskipun ada perlindungan yang berkurang terhadap varian, ada perlindungan yang cukup untuk mencegah Anda terkena penyakit serius, termasuk rawat inap dan kematian," kata Anthony Faucy.

Baca juga: Berikut Sederet Negara yang Kembali Berlakukan Lockdown akibat Lonjakan Kasus Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 9 Syarat Penerima vaksin Covid-19 di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com