Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Merilis Pedoman Baru untuk Merawat Pasien Covid-19, Apa Saja?

Kompas.com - 29/01/2021, 11:15 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pedoman manajemen klinis baru untuk merawat pasien Covid-19.

Bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di rumah, WHO menyarankan penggunaan oksimetri untuk mengukur kadar oksigen dalam darah.

"Pasien Covid-19 di rumah harus menggunakan oksimetri nadi yang mengukur kadar oksigen," Juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan pada pengarahan PBB di Jenewa, dikutip dari Reuters, Selasa (26/1/2021).

"Sehingga Anda dapat mengidentifikasi apakah kondisi di rumah memburuk dan akan lebih baik dirawat di rumah sakit," tambahnya.

Baca juga: Tim WHO Mulai Investigasi Asal-usul Covid-19 di Wuhan, Pemerintah China Bungkam Keluarga Korban

Pasien rawat inap

Untuk pasien rawat inap, WHO menyarankan penggunaan antikoagulan dosis rendah agar mencegah pembentukan gumpalan darah di pembuluh darah (trombosis).

"Kami menyarankan penggunaan dosis yang lebih rendah daripada dosis yang lebih tinggi karena dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan masalah lain," kata Harris.

Sementara itu, pasien rawan inap yang menggunakan oksigen tambahan (termasuk oksigen hidung aliran tingg) atau ventilator non-invasif, WHO menyarankan agar menempatkan pasien dalam posisi tengkurap.

Hal itu dilakukan untuk meningkatkan aliran oksigen.

Pedoman tersebut juga mencakup rekomendasi tentang penggunaan bundel perawatan untuk mensistematisasikan penyediaan perawatan bagi pasien Covid-19.

Baca juga: 6 Vaksin yang Akan Disetujui WHO, dari AstraZeneca hingga Sinovac

Akses perawatan lanjutan

WHO juga menyarankan agar pasien Covid-19, baik konfirmasi maupun probabel, harus memiliki akses ke perawatan lanjutan jika mereka bergejala terus-menerus, baru atau berubah.

Di sisi lain, organisasi yang bermarkas di Jenewa itu tengah mengumpulkan bukti tentang kondisi pasca Covid-19.

Pasca Covid-19 merupakan kondisi ketika orang yang telah pulih, tetapi terus mengalami masalah gejala jangka panjang, seperti kelelahan ekstrem dan batuk terus-menerus.

Pada Februari 2021, WHO akan menyelenggarakan serangkaian konsultasi untuk mencapai konsensus tentang gambaran kondisi ini dan subtipe-nya serta definisi kasus.

Pemahaman ilmiah ini akan menginformasikan nama dari kondisi tersebut. Konsultasi akan mencakup berbagai pemangku kepentingan, termasuk kelompok pasien.

Baca juga: Apakah Vaksin Dapat Melawan Varian Baru Corona? Ini Penjelasan WHO

Dalam pidatonya, Harris juga mengatakan bahwa tim ahli WHO di China telah selesai menjalani karantina dan akan melanjutkan pekerjannya dalam dua hari ke depan beserta para peneliti China.

Ia menolak berkomentar atas laporan penundaan peluncuran vaksin di Uni Eropa.

Harris menyebut tidak memiliki data spesifik dan prioritas WHO yang ditujukan pada petugas kesehatan di semua negara dalam vaksinasi 100 hari pertama tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com