Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Suara Dentuman Misterius di Bali, Ini Keterangan BMKG dan Tanggapan Lapan

Kompas.com - 24/01/2021, 16:15 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Warga di Pulau Bali ramai membicarakan suara dentuman keras, yang masih belum diketahui penyebabnya, pada Minggu (24/1/2021) pukul 10.27 WITA.

Informasi tentang adanya suara dentuman itu beredar di media sosial Twitter.

Sejumlah warganet menyebutkan, suara dentuman tersebut berasal dari meteor yang jatuh, dan mendarat di daerah Buleleng, Bali.

Terekam sensor gempa BMKG

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan, sehubungan dengan beredarnya informasi adanya suara dentuman kuat di Bali, maka BMKG segera memeriksa sinyal seismik, khususnya terhadap sinyal seismik dari sensor di wilayah Bali.

"Hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya anomali sinyal seismik yang tercacat pada sensor seismik Singaraja (SRBI) pada pukul 10.27 WITA," kata Daryono, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (24/1/2021).

Baca juga: Suara Dentuman Misterius di Buleleng Bali, Berikut Ini Penjelasan BMKG

Daryono mengatakan, rekaman seismik tersebut memiliki durasi sekitar 20 detik, dan dilihat dari anatomi seismogramnya tampak bahwa sinyal seismik tersebut bukanlah merupakan sinyal gempa bumi tektonik.

"Jika sinyal seismik tersebut kita coba tentukan magnitudonya menggunakan formulasi penentuan mangnitudo gelombang gempa akan dihasilkan kekuatan 1,1 magnitudo lokal," kata Daryono.

Ia menyebutkan, sejak pukul 08.00 hingga 12.00 WITA tidak ada aktivitas gempa di wilayah Bali.

"Sehingga dipastikan anomali gelombang seismik tersebut bukan aktivitas gempa tektonik," kata Daryono.

Warga mengaku melihat meteor

Daryono mengungkapkan, beberapa warga di Kintamani dan Besakih mengaku melihat objek langit semacam meteor yang melintas ke arah barat daya.

Warga Buleleng yang sedang upacara adat juga mengaku melihat objek melintas di langit. Ada juga warga nelayan di pantai Buleleng yang mengaku menyaksikan fenomena serupa.

Meski demikian, Daryono mengatakan, BMKG belum dapat mengkonfirmasi penyebab sesungguhnya dari bunyi dentuman yang terdengar di wilayah Buleleng.

"Jika laporan warga itu benar melihat meteor yang melintas di atas Bali, maka fenomena shockwave yang terjadi telah berubah menjadi gelombang seismik yang akhirnya dapat direkam oleh sensor gempa BMKG," kata Daryono.

Baca juga: BMKG: Wilayah yang Alami Hujan Lebat hingga Ekstrem Tiga Hari ke Depan

LAPAN belum bisa memastikan

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, Lapan belum bisa memastikan apakah suara dentuman tersebut disebabkan oleh meteor jatuh.

Dia mengatakan, Lapan tidak memiliki alat pendeteksi meteor yang berada di dekat Pulau Bali.

"Kalau benar ada saksi yang melihat bola api yang meluncur disertai ledakan, mungkin itu meteor besar atau asteroid yang memasuki atmosfer yang menyebabkan ledakan akibat gelombang kejut asteroid," kata Thomas saat dihubungi Kompas.com, Minggu (24/1/2021).

Saat ini Lapan belum berencana untuk melakukan penelusuran lebih lanjut terkait fenomena itu.

Akan tetapi, jika kemudian ada temuan bukti yang perlu diidentifikasi, maka pihaknya akan mengirim tim ke lokasi.

"Belum ada rencana (penelusuran). Kalau ada bukti yang perlu diidentifikasi, kami akan kirim tim ke lokasi," ujar Thomas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

Tren
5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

Tren
Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Tren
Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Tren
3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Tren
Pesona Air Terjun

Pesona Air Terjun

Tren
Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Tren
Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Tren
Ada Aturan Baru KRIS, Apakah Perawatan ICU Ditanggung BPJS Kesehatan?

Ada Aturan Baru KRIS, Apakah Perawatan ICU Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Jemaah Tolong Jemaah, Kisah Manis Persaudaraan di Madinah

Jemaah Tolong Jemaah, Kisah Manis Persaudaraan di Madinah

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com