Wahyu mengatakan, dampak positif dari kedatangan WNA ke Indonesia adalah bisa menggenjot perekonomian lokal.
Baca juga: Virus Corona, Turis China dan Pariwisata Bali...
Terlebih budaya WNA, terutama yang berasal dari negara Barat, menurut Wahyu cenderung “extravaganza”, yakni suka pesta, dan suka selebrasi.
Wahyu mengatakan, yang menjadi persoalan adalah turis-turis yang memang tidak memiliki kapasitas finansial mumpuni.
"Apalagi WNA yang sengaja pindah ke Indonesia karena tidak memperoleh pekerjaan di negara asalnya atau 'pengangguran'," kata Wahyu saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/1/2021).
"Mereka dengan sisa tabungan yang dimiliki, memang masih bisa hidup layaknya kelas menengah di tanah air, tapi ini tidak akan lama, setelah itu akan ke mana atau menjadi apa di Bali?" katanya lagi.
Baca juga: Viral Petugas SPBU di Bali Disebut Lakukan Kecurangan, Ini Penjelasan Pertamina
Lebih selektif dalam memberi izin
Wahyu mengatakan, sudah cukup banyak contoh kasus sebelumnya mengenai WNA di Bali yang justru melakukan tindakan kriminal karena tidak memiliki uang.
Dia menyebut, sebagian dari WNA itu bahkan menjadi pengemis dan gelandangan.
"Hal ini tentunya malah kian membebani masyarakat lokal. Apa yang diharapkan dari kehadiran WNA di Bali adalah untuk menggenjot perekonomian lokal, bukannya menambah permasalahan lokal," katanya lagi.
Baca juga: Viral Prank Sembako Sampah, Ferdian Paleka, dan Ketiadaan Empati...
Oleh karena itu, Wahyu menyebut pemerintah harus lebih selektif lagi dalam memberikan izin kunjungan WNA ke Bali.
Menurutnya hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan menerapkan besaran deposit tertentu untuk menjamin bahwa WNA memang memiliki kapasitas finansial mumpuni.
Selain itu, hal tersebut juga untuk memastikan kehadiran WNA di Bali memang untuk berwisata, dan bukan untuk tinggal atau mencari pekerjaan.
Baca juga: Ancaman Kelaparan dan Potret Kondisi TKI di Malaysia Saat Pandemi Corona...
"Dengan begitu, WNA yang masuk ke Bali bukanlah pengangguran atau 'gelandangan'," papar dia.
Wahyu menambahkan, para WNA dengan kapasitas finansial mumpuni yang memilih tinggal di Bali tentu berdampak pula terhadap naiknya harga tanah.
"Tetapi untuk biaya hidup sehari-hari masyarakat lokal saya kira tidak, karena masyarakat-penjual biasanya memberikan harga yang berbeda antara WNA dengan WNI," kata Wahyu.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Viral Video WNA Rusak Pelinggih di Bali
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.