Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Hendra Gunawan mengatakan, masyarakat harus mewaspadai ancaman bahaya awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak.
"Jika terjadi hujan dapat terjadi lahar dingin (lahar hujan) di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak Gunung Semeru, sehingga harus diwaspadai," tuturnya dikutip dari Antara, sabtu (16/1/2021).
Saat ini, lanjut dia, arah luncuran awan panas dan guguran mencapai jarak luncur maksimum
empat kilometer ke sektor tenggara dan selatan dari puncak.
Baca juga: Gunung Semeru Meletus, BNPB: Waspadai Potensi Banjir Lahar Dingin
Selain itu dapat terjadi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak.
Ia menjelaskan, PVMBG memberikan rekomendasi batas aman kepada masyarakat yang berada di lereng Gunung Semeru yakni dalam status level II (Waspada).
Hal itu agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius satu kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru dan jarak empat kilometer arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara.
"Masyarakat juga diminta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Radius dan jarak rekomendasi itu akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya," katanya.
Baca juga: Gunung Semeru Meletus, Berikut Rentetan Letusan Dahsyatnya sejak 1818
Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu memiliki tipe strato dengan kubah lava, dengan puncak tertinggi Mahameru.
Letusan gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl itu umumnya bertipe vulkanian dan
strombolian, berupa penghancuran kubah/lidah lava, serta pembentukan kubah lava/lidah lava baru.
Penghancuran kubah/lidah lava mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari Gunung Semeru.
Baca juga: PVMBG: Selain Gunung Semeru, Ini 2 Gunung yang Aktivitas Vulkaniknya Masih Tinggi