Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Terik Terasa di Jawa Tengah, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 10/11/2020, 06:30 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cuaca di sejumlah daerah Jawa Tengah, seperti Surakarta, Sragen, Sukoharjo, dan sekitarnya, terasa terik beberapa hari terakhir.

Tak hanya siang hari, hawa panas juga terasa saat malam tiba.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Achadi Subarkah Raharjo, menjelaskan cuaca panas yang terasa saat siang hari disebabkan cuaca cerah berawan.

Menurutnya, saat ini tutupan awan tidak terlalu tebal.

"Cuaca cerah-cerah berawan saat siang hari di tengah musim penghujan ini disebabkan oleh subidensi massa udara kering," ujar Achadi saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/11/2020) malam.

Baca juga: Suhu Panas di Yogyakarta, BMKG: Tak Ada Hubungannya dengan Merapi

Ia menambahkan, pada 6-8 November 2020, suhu udara maksimum yang teramati berkisar antara 34-35 derajat celcius.

"Dengan kelembapan udara minimum antara 47-52 persen," tuturnya.

Sejumlah masyarakat mengaitkan cuaca panas di sebagian wilayah Jateng ini dengan naiknya aktivitas vulkanik Gunung Merapi.

Seperti diketahui, status Gunung Merapi telah dinaikkan dari waspada (level II) ke siaga (level III) pada 5 November 2020 pukul 12.00 WIB.

Akan tetapi, Achadi menegaskan suhu panas yang terjadi tidak ada kaitannya dengan naiknya aktivitas vulkanik Gunung Merapi.

"Tidak ada korelasi suhu panas yang terjadi saat ini dikaitkan dengan aktivitas gunung berapi," kata dia.

Ia mengungkapkan cuaca panas di siang hari diperkirakan masih akan berlangsung pada 10-11 November 2020.

Baca juga: Dicari, Relawan Kesehatan Hewan untuk Mitigasi Erupsi Merapi

Panas di Yogyakarta

Panasnya cuaca juga dirasakan di Kota Yogyakarta akhir-akhir ini, bahkan diperkirakan suhu di Yogyakarta bisa mencapai 35 derajat celcius.

Diberitakan Kompas.com, Senin (9/11/2020), Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Reni Kraningtyas menjelaskan, terjadinya suhu panas akhir-akhir ini disebabkan oleh faktor meteorologis.

"Saat bulan November ini posisi matahari berada di sisi selatan bumi, sehingga mengakibatkan pulau Jawa menerima intensitas radiasi yang masih tinggi," jelas dia, Senin (9/11/2020).

Dengan kondisi tersebut, suhu bumi cepat tinggi dan terasa panas terik.

Namun, ia juga menegaskan, suhu panas ini tidak ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas Gunung Merapi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com