Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Magawa, Tikus yang Berhasil Memenangkan Medali Emas

Kompas.com - 25/09/2020, 19:09 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tikus seringkali menjadi masalah bagi sebagian orang karena eksistensinya sangat mengganggu.

Lain halnya dengan Magawa, tikus ini telah mengendus 39 ranjau darat dan 28 amunisi sepanjang karirnya.

Ia pun diganjar medali emas oleh badan amal kedokteran hewan Inggris PDSA karena pengabdiannya dalam menyelamatkan hidup dengan membersihkan ranjau darat di Kamboja.

Diperkirakan ada sekitar enam juta ranjau darat di Asia Tenggara.

Baca juga: Bagaimana Cara Gajah Tidur?

Dilansir dari BBC, Jumat (25/9/2020), medali emas PDSA itu bertulikan "Untuk keberanian binatang atau pengabdian pada tugas".

Dari 30 hewan penerima penghargaan, Magawa merupakan tikus pertama yang meraihnya.

Hewan berusia tujuh tahun itu dilatih oleh organisasi amal Apopo yang berbasis di Tanzania.

Organisasi itu telah memelihara hewan untuk mendeteksi ranjau darat dan tuberkulosis sejak 1990-an.

Baca juga: TBC pada Anak, Kenali Gejala dan Cara Pengobatannya

Menemukan bahan peledak

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Setelah menjalani pelatihan satu tahun, hewan-hewan tersebut akan disertifikasi.

"Menerima medali ini benar-benar suatu kehormatan bagi kami. Begitu bagi orang-orang di Kamboja, dan semua orang di seluruh dunia yang menderita ranjau darat," kata Kepala Eksekutif Apopo Christophe Cox.

Menurut Apopo, Magawa lahir dan besar di Tanzania serta memiliki berat 1,2 kilogram.

Baca juga: Viral, Video Kuda Laut Jantan Lahirkan Bayi, Benarkah Demikian?

Meskipun ukurannya jauh lebih besar dari banyak spesies tikus lainnya, Magawa masih cukup kecil dan cukup ringan, sehingga tidak memicu ranjau jika ia berjalan di atasnya.

Tikus dilatih untuk mendeteksi senyawa kimia di dalam bahan peledak, sehingga dapat mencari ranjau lebih cepat.

Begitu mereka menemukan bahan peledak, mereka menggaruk bagian atas untuk memberi tahu rekan kerja manusia mereka.

Baca juga: Mengenal Ikan Aligator, Tak Boleh Dipelihara dan Berbahaya bagi Ekosistem

Perang saudara di Kamboja

Deretan ranjau darat dan bahan peledak peninggalan milisi Houthi yang telah dikumpulkan dan diamankan tentara nasional Yaman dari wilayah Bart Al-Anan. Deretan ranjau darat dan bahan peledak peninggalan milisi Houthi yang telah dikumpulkan dan diamankan tentara nasional Yaman dari wilayah Bart Al-Anan.

Magawa bahkan mampu mencari ranjau di lapangan seukuran lapangan tenis hanya dalam 20 menit.

Padahal, butuh waktu satu sampai empat hari bagi manusia dengan detektor logam untuk mendeteksinya.

Magawa hanya bekerja setengah jam dalam sehari dan kini mendekati usia pensiun. Namun, Direktur Jenderal PDSA Jan McLoughlin mengatakan pekerjaannya dengan Apopo benar-benar luar biasa.

Baca juga: Tidak Memejamkan Mata, Bagaimana Cara Ikan Tidur?

"Pekerjaan Magawa secara langsung menyelamatkan dan mengubah kehidupan pria, wanita dan anak-anak yang terkena dampak ranjau darat ini," kata dia.

"Setiap penemuan yang dia buat mengurangi risiko cedera atau kematian bagi penduduk setempat," lanjutnya.

Menurut organisasi pembersih ranjau, HALO Trust, Kamboja telah mencatat lebih dari 64.000 korban dan sekitar 25.000 orang diamputasi karena ranjau darat sejak 1979.

Ranjau tersebut banyak ditanam selama perang saudara di Kamboja pada 1970-an hingga 1980-an.

Baca juga: Saat Populasi Hewan di Dunia Turun 68 Persen dalam 50 Tahun...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com