Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temukan Kelemahan Virus Corona, Peneliti Inggris Optimistis Pengembangan Obat Covid-19 Berhasil

Kompas.com - 24/09/2020, 20:51 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peneliti di Sekolah Biokimia Bristol, University of Bristol, Inggris, berhasil menemukan adanya "kantong obat" di dalam protein SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Peneliti menyebut "kantong obat" sebagai titik kelemahan dari virus corona.

Temuan itu nantinya dapat dijadikan senjata, atau obat anti-virus untuk menghentikan virus menginfeksi tubuh manusia.

Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Buka Pendaftaran untuk Nakes Penanggulangan Covid-19, Ini Rinciannya...

Pemimpin penelitian, Profesor Christiane Schaffitzel mengatakan, SARS-CoV-2 dihiasi oleh banyak salinan glikoprotein, yang dikenal sebagai spike, yang memainkan peran penting dalam infektivitas virus.

Melansir Eurekalert (21/9/2020, spike mengikat permukaan sel manusia, yang memungkinkan virus corona menembus sel dan mulai bereplikasi dan menyebabkan kerusakan secara luas.

Dalam penelitian ini, Christiane dan Profesor Imre Berger dari Pusat Biologi Minimal Max Planck-Bristol menggunakan teknik electron cryo-microscopy (cryo-EM) untuk menganalisis spike dari SARS-CoV-2 pada resolusi yang mendekati atom.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal OTG pada Covid-19

Dengan berbagai metode, peneliti dapat melihat lebih jelas ke dalam spike untuk mengidentifikasi komposisi molekulernya.

Tanpa diduga, ditemukan bahwa virus corona menggunakan molekul kecil yang disebut asam linoleat (LA) untuk mengikat dirinya sendiri dan menyebar.

LA yakni asam lemak bebas yang sangat diperlukan untuk banyak fungsi seluler.

Tubuh manusia memang tak dapat menghasilkan LA, tapi tubuh menyerap molekul kecil melalui makanan.

Baca juga: Mengenal Apa Itu OTG dan Bagaimana Mengujinya?

Menariknya, LA memainkan peran penting dalam peradangan dan modulasi kekebalan, yang keduanya merupakan elemen kunci dari perkembangan penyakit Covid-19.

LA juga dibutuhkan untuk menjaga membran sel di paru-paru agar kita bisa bernapas dengan baik.

Di satu sisi, Berger mengaku bingung dengan hasil temuan tersebut.

Baca juga: Pro dan Kontra Menanggapi Pilkada di Tengah Pandemi Corona...

Sebab, virus yang saat ini menyebabkan kekacauan di muka bumi tersebut justru berpegang pada molekul ini, yang digunakannya untuk menghancurkan pertahanan tubuh manusia.

"Temuan kami memberikan hubungan langsung antara LA, manifestasi patologis Covid-19 dan virus itu sendiri. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana mengubah pengetahuan baru ini melawan virus itu dan mengakhiri pandemi," kata Berger dikutip dari Mirror.

Para ilmuwan sebelumnya menemukan kantong yang sama di rhinovirus, dan mampu menghentikan virus itu menular.

Tim peneliti Bristol sendiri optimistis bahwa strategi yang sedang mereka rencanakan, yakni mengembangkan obat anti-virus, untuk melawan Covid-19 bisa berhasil.

"Temuan 'kantong obat' dalam protein SARS-CoV-2 ini bisa menjadi cara untuk mengembangkan obat anti-virus baru untuk mematikan dan menghilangkan virus sebelum memasuki sel manusia," tambahnya.

Baca juga: CDC Sebutkan Adanya Penyebaran Covid-19 di Pesawat, Ini Penjelasannya...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Macam-macam Penularan Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

Tren
Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

Tren
Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com