Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Temukan Kelemahan Virus Corona, Peneliti Inggris Optimistis Pengembangan Obat Covid-19 Berhasil

KOMPAS.com - Peneliti di Sekolah Biokimia Bristol, University of Bristol, Inggris, berhasil menemukan adanya "kantong obat" di dalam protein SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Peneliti menyebut "kantong obat" sebagai titik kelemahan dari virus corona.

Temuan itu nantinya dapat dijadikan senjata, atau obat anti-virus untuk menghentikan virus menginfeksi tubuh manusia.

Pemimpin penelitian, Profesor Christiane Schaffitzel mengatakan, SARS-CoV-2 dihiasi oleh banyak salinan glikoprotein, yang dikenal sebagai spike, yang memainkan peran penting dalam infektivitas virus.

Melansir Eurekalert (21/9/2020, spike mengikat permukaan sel manusia, yang memungkinkan virus corona menembus sel dan mulai bereplikasi dan menyebabkan kerusakan secara luas.

Dalam penelitian ini, Christiane dan Profesor Imre Berger dari Pusat Biologi Minimal Max Planck-Bristol menggunakan teknik electron cryo-microscopy (cryo-EM) untuk menganalisis spike dari SARS-CoV-2 pada resolusi yang mendekati atom.

Dengan berbagai metode, peneliti dapat melihat lebih jelas ke dalam spike untuk mengidentifikasi komposisi molekulernya.

Tanpa diduga, ditemukan bahwa virus corona menggunakan molekul kecil yang disebut asam linoleat (LA) untuk mengikat dirinya sendiri dan menyebar.

LA yakni asam lemak bebas yang sangat diperlukan untuk banyak fungsi seluler.

Tubuh manusia memang tak dapat menghasilkan LA, tapi tubuh menyerap molekul kecil melalui makanan.

Menariknya, LA memainkan peran penting dalam peradangan dan modulasi kekebalan, yang keduanya merupakan elemen kunci dari perkembangan penyakit Covid-19.

LA juga dibutuhkan untuk menjaga membran sel di paru-paru agar kita bisa bernapas dengan baik.

Di satu sisi, Berger mengaku bingung dengan hasil temuan tersebut.

Sebab, virus yang saat ini menyebabkan kekacauan di muka bumi tersebut justru berpegang pada molekul ini, yang digunakannya untuk menghancurkan pertahanan tubuh manusia.

"Temuan kami memberikan hubungan langsung antara LA, manifestasi patologis Covid-19 dan virus itu sendiri. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana mengubah pengetahuan baru ini melawan virus itu dan mengakhiri pandemi," kata Berger dikutip dari Mirror.

Para ilmuwan sebelumnya menemukan kantong yang sama di rhinovirus, dan mampu menghentikan virus itu menular.

Tim peneliti Bristol sendiri optimistis bahwa strategi yang sedang mereka rencanakan, yakni mengembangkan obat anti-virus, untuk melawan Covid-19 bisa berhasil.

"Temuan 'kantong obat' dalam protein SARS-CoV-2 ini bisa menjadi cara untuk mengembangkan obat anti-virus baru untuk mematikan dan menghilangkan virus sebelum memasuki sel manusia," tambahnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/24/205100465/temukan-kelemahan-virus-corona-peneliti-inggris-optimistis-pengembangan

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke