Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Vaksin Flu dapat Membantu Melawan Covid-19?

Kompas.com - 19/09/2020, 18:30 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia tengah bergelut dengan wabah virus corona yang telah menginfeksi puluhan juta orang secara global.

Ilmuwan-ilmuwan di sejumlah negara berlomba menemukan vaksin virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 ini.

Sementara itu, vaksin flu yang telah ada mungkin dapat digunakan untuk meminimalisir potensi krisis kesehatan yang terjadi, di tengah vaksin virus corona yang belum tersedia dan berada dalam tahap pengujian.

Baca juga: Saat Masker Disebut Lebih Efektif Cegah Covid-19 Dibanding Vaksin...

Penyakit flu dan Covid-19 dikhawatirkan dapat membebani fasilitas kesehatan dan membuat kurangnya tempat tidur perawatan hingga alat pelindung diri (APD).

Melansir New York Times (14/9/2020), setidaknya ada vaksin flu yang dapat membantu menyelamatkan nyawa dan sistem kesehatan.

Vaksin telah tersedia untuk hampir semua orang di atas usia enam bulan dan setiap orang disarankan untuk mendapatkan suntikannya satu tahun sekali, meskipun masih cukup banyak orang yang tak mengambilnya.

Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...

Alasannya tidak mengambil vaksin flu beragam, dari tidak pernah terinfeksi flu hingga pernah melakukan vaksinasi namun masih terserang flu.

Hal ini menunjukkan adanya kesalahpahaman terkait sifat dan keefektifan vaksin influenza yang dapat dibawa ke salah satu vaksin virus corona jenis baru.

Secara umum, vaksin flu rata-rata 50 persen efektif mencegah penularan oleh strain utama virus influenza yang diperkirakan akan muncul di beberapa negara pada November atau Desember hingga April atau Mei.

Baca juga: Ilmuwan WHO Sebut Kehidupan Tak Akan Kembali Normal hingga 2022

Kenapa vaksin flu diberikan setiap tahun?

Vaksin FluGovTech Vaksin Flu

Terdapat dua alasan vaksin influenza diberikan setiap tahun, yaitu

  • Virus flu mudah bermutasi dan campuran strain virus bervariasi dari tahun ke tahun
  • Jika virus tidak berubah secara signifikan, kekebalan terhadapnya bertahap berkurang atau mungkin hilang semuanya pada musim flu berikutnya.

Terkait dengan keefektifannya, vaksin flu hanya 50 persen efektif, di mana vaksin virus corona kemungkinan juga tidak dapat sepenuhnya efektif.

"Jika vaksin yang dikembangkan 50 persen efektif mencegah Covid-19, vaksin itu masih akan dilisensikan," kata Michael T Osterholm, spesialis penyakit menular di University of Minnesota.

Meski diharapkan keefektifan vaksin virus corona melebihi 50 persen, namun jika efektivitasnya sebesar angka tersebut, tetap akan lebih baik dibandingkan tidak memberikan perlindungan sama sekali.

Baca juga: Menilik Efektivitas Penggunaan Kacamata dalam Menangkal Covid-19

Tetap terapkan protokol kesehatan

Walaupun telah disuntik vaksin Covid-19, setiap orang mungkin masih harus mempraktikkan jarak sosial, menggunakan masker di tempat umum, sering mencuci tangan, hingga membatasi pertemuan dalam ruang tertutup, kecuali virus yang menimbulkan puluhan juta kematian ini menghilang.

Sisi positif tindakan perlindungan terhadap Covid-19 akan membantu membatasi penyebaran influenza, seperti penggunaan masker yang dapat mengurangi penularan Covid-19 sekaligus flu, di mana keduanya menyebar melalui udara saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara.

Baca juga: Ramai soal Masker Scuba, Bolehkah Dipakai di Kereta Api Jarak Jauh?

Antibodi dan reaksi tubuh

Antibodi yang berkembang setelah infeksi virus corona tampaknya berkurang seiring waktu. Sehingga, terdapat kemungkinan besar bahwa vaksin virus corona perlu diberikan berulang kali, mungkin setiap tahun agar memberikan perlindungan yang memadai.

Virus corona dan flu sama-sama mudah menular antar orang, bahkan sebelum orang yang terinfeksi mengetahui bahwa dirinya terkena paparan flu dan tak terlalu mengalami sakit. Perbedaannya terletak pada Covid-19 yang tak terpengaruh dengan musim.

Hal yang perlu diperhatikan, vaksin influenza tak akan dapat menyebabkan flu.

Baca juga: Lansia, Covid-19, dan Vaksin Flu di Tengah Pandemi...

Beberapa orang mungkin mengalami reaksi demam terhadap vaksinasi flu, tapi ini kemungkinan menjadi bagian dari upaya tubuh untuk mengumpulkan respons imun.

Dr Osterholm menjelaskan, orang yang terkena flu dalam beberapa hari setelah diimuniasi sebenarnya mungkin memiliki gangguan pernapasan lain atau telah terinfeksi virus flu saat mendapatkan suntikan.

Masa inkubasi virus flu bisanya berlangsung dalam 1-4 hari sebelum gejala berkembang dan dibutuhkan waktu sekitar dua minggu agar vaksin berkembang melindungi sepenuhnya.

Baca juga: Bagaimana Kemungkinan Flu Babi Baru G4 Menular pada Manusia?

Bahkan jika seseorang terserang flu setelah mendapatkan suntikan vaksin dengan benar, penyakitnya kemungkinan besar akan berkurang secara signifikan.

Hal ini pun mungkin juga akan terjadi pada vaksin virus corona.

Kekhawatiran lain yang muncul yaitu jika orang terkena flu menjadi lebih rentan tertular virus corona dan mengembangkannya menjadi parah.

Bahkan, dengan mengabaikan peningkatan risiko Covid-19, komplikasi flu dapat menjadi serius termasuk pneumonia, infeksi telinga, infeksi sinus, asma, diabetes, dan gagal jantung.

Kelompok orang yang meningkat risiko komplikasi terkait flu serius antara lain orang berusia di atas 65 tahun, wanita hamil, dan anak-anak di bawah 5 tahun.

Baca juga: Kisah Cinta Pasangan Lansia di Perbatasan Denmark-Jerman Saat Virus Corona...

Siapa yang mendapatkan vaksinasi?

Vaksin flu tidak diberikan kepada anak-anak di bawah 6 bulan atau orang dengan kondisi medis tertentu yang mungkin termasuk mereka yang mempunyai riwayat sindrom Guillain-Barre atau reaksi alergi parah terhadap vaksin flu.

Tapi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), kebanyakan orang alergi telur dapat dengan aman mendapatkan suntikan flu.

Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif sehingga aman bagi yang tidak boleh diimuniasi dengan vaksin virus hidup. Meski begitu, yang terbaik adalah tidak mendapatkan vaksinasi flu saat sedang tidak enak badan.

Baca juga: Deretan Obat yang Diklaim Efektif untuk Covid-19, dari Dexamethasone hingga Hidroksiklorokuin

Beberapa vaksin flu disetujui hanya untuk digunakan pada orang dewasa, seperti vaksin influenza rekombinan Flublok Quadrivalent, yang tidak menggunakan virus yang ditanam di dalam telur, cocok untuk orang berusia 18 tahun ke atas.

Bagi orang berusia 65 tahun ke atas, vaksin non aktif yang disebut Fluzone High-Dose tersedia dan ditanggung oleh Medicare.

Vaksin ini direkomendasikan bagi orang yang tinggal di panti jompo dan fasilitas perawatan jangka panjang lainnya. Kandungannya empat kali tingkat antifen yang ditemukan dalam vaksin flu dosis standar.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine, vaksin dosis tinggi 24,2 persen lebih efektif dalam mencegah flu pada orang dewasa yang lebih tua daripada vaksin dosis standar.

Studi lain yang diterbitkan The Lancet Respiratory Medicine, menemukan bahwa penggunaan vaksin dosis tinggi mengurangi risiko rawat inap terkait masalah pernapasan di antara penghuni panti jompo.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Kota-kota di Eropa Umumkan Pembatasan Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com