Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Tingginya Angka Kematian Covid-19 di Jatim...

Kompas.com - 11/09/2020, 08:07 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Jawa Timur merupakan provinsi dengan persentasi kematian Covid-19 tertinggi di Indonesia, yaitu 7,2 persen.

Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan DKI Jakarta (2,7 persen) dan Jawa Tengah (6,9 persen), dua provinsi lain yang memiliki kasus terbanyak di Indonesia.

Selain itu, jumlah testing di Jawa Timur juga jauh lebih rendah dibandingkan beberapa daerah lain, yaitu 480 per satu juta penduduk per satu minggu.

Baca juga: Anies Kembali Terapkan PSBB Total, Bagaimana Nasib Perjalanan Kereta Api?

Padahal, standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 1.000 per satu juta penduduk per satu minggu.

Meski demikian, kasus harian di Jawa Timur secara konsisten menjadi yang terbanyak setelah DKI Jakarta.

Lantas, mengapa presentase kematian di Jawa Timur paling tinggi di Indonesia?

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo pun mengaku heran.

Sebab, kapasitas tempat tidur di rumah sakit masih dalam kondisi aman dan tidak mengalami over capacity.

Baca juga: PSBB Jakarta, Kasus Covid-19 yang Terus Menanjak, dan Saran Epidemiolog untuk Pemerintah

Ia menduga tingginya kematian itu disebabkan oleh keterlambatan pasien datang ke rumah sakit.

"Saya menduga, ini juga telah saya konfirmasi kepada beberapa sejawat saya di rumah sakit, ternyata pasien-pasien yang datang ke rumah sakit itu sering dalam keadaan kritis atau tidak bagus," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (11/9/2020).

"Bahkan yang tadinya tidak ada gejala tiba-tiba drop dan sering tidak tertolong. Covid-19 ini karakternya aneh, makanya kita harus waspada. Protokol kesehatan harus tetap dijalankan" sambungnya.

Baca juga: Memahami PCR dan Rapid Test pada Hasil Lab Covid-19, Seperti Apa?

Rendahnya kapasistas tes Covid-19

Petugas pemakaman setelah menguburkan peti jenazah pasien suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, Kamis (9/9/2020). Petugas administrasi TPU Pondok Ranggon mengatakan saat ini jumlah makam yang tersedia untuk jenazah dengan protokol COVID-19 tersisa 1.069 lubang makam, dan diperkirakan akan habis pada bulan Oktober apabila kasus kematian akibat COVID-19 terus meningkat.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Petugas pemakaman setelah menguburkan peti jenazah pasien suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, Kamis (9/9/2020). Petugas administrasi TPU Pondok Ranggon mengatakan saat ini jumlah makam yang tersedia untuk jenazah dengan protokol COVID-19 tersisa 1.069 lubang makam, dan diperkirakan akan habis pada bulan Oktober apabila kasus kematian akibat COVID-19 terus meningkat.

Terkait dengan rendahnya kapasitas tes di Jawa Timur, menurutnya lebih disebabkan karena belum meratanya laboratorium Covid-19.

Laboratorium tes Covid-19 di Jawa Timur, imbuhnya sampai saat ini masih terkonsentrasi di Surabaya.

"Jumlah laboratorium kan terkonsentrasi di Surabaya, sedangkan jumlah kabupaten atau kota di Jatim itu ada 38," kata dia.

"Masalahnya ya itu, laboratoriumnya tidak merata. Banyak kabupaten atau kota kapasitas laboratoriumnya sedikit," lanjutnya.

Baca juga: Mengapa Kasus Covid-19 di Jatim, Sulsel, dan Kalsel Masih Tinggi? Berikut Analisisnya...

Dengan kondisi demikian, beberapa daerah biasanya harus mengirim sampel ke Surabaya terlebih dahulu untuk mendapatan hasil tes.

Karenanya, ia berharap agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur segera menyelesaikan masalah ini dengan membuka laboratorium baru di beberapa daerah secara proporsional.

Untuk mencapai target WHO, Jawa Timur harus melakukan sekitar 40.000 tes per minggu atau 5.700 tes per hari, sementara kapasitas tes saat ini baru menyentuh angka 4.500.

"Sebetulnya kapasites tes PCR itu sudah hampir 4.500, memang belum sampai standar minimal, tapi sudah jauh lebih tinggi dari dulu," imbuhnya.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Tinggi, Bagaimana Kondisi di Asia Tenggara?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Bagaimana Cara Isolasi Mandiri dan Merawat Saudara yang Positif Covid-19?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Tren
China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

Tren
Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Tren
Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Tren
Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Tren
Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Tren
Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Tren
Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Tren
Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Tren
Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Tren
Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tren
Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Tren
Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Tren
Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Tren
Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com