Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Biaya Rapid Test Berbeda-beda?

Kompas.com - 02/07/2020, 10:44 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada dua jenis alat tes virus corona yang digunakan di Indonesia, yaitu tes swab (PCR) dan rapid test.

Tes swab digunakan untuk mengetahui apakah positif infeksi virus corona atau tidak, sementara rapid test digunakan untuk mengetahui antibodi yang terbentuk di tubuh saat terinfeksi virus.

Namun, hasil rapid test tidak bisa menjadi patokan diagnosis Covid-19.

Jika hasil reaktif, dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan tes swab untuk mengetahui hasilnya.

Belakangan, penggunaan rapid test itu pun menuai polemik. Salah satunya karena tarif yang sangat bervariasi.

Beberapa instansi mematok tarif sekali tes dengan harga di bawah Rp 100.000, ada pula yang bertarif lebih dari Rp 300.000.

Baca juga: Masa Berlaku Surat Keterangan Uji PCR dan Rapid Test Kini 14 Hari

Mengapa biaya rapid test bisa sangat bervariasi dan jauh berbeda?

Harga perangkat tes yang bervariasi

Epidemiolog yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit UNS Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, perbedaan tarif rapid test itu disebabkan oleh harga perangkat rapid test yang bervariasi.

Selain itu, ada biaya-biaya tambahan yang membuat harga tes di setiap instansi berbeda, misalnya cara pengambilan sampel darah, alat pelindung diri (APD) petugas, dan lain-lain.

"Harga perangkat untuk alat tesnya saja macam-macam. Ada yang Rp 130.000 sampai Rp 400.000 untuk alatnya saja," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/7/2020).

"Padahal untuk melaksanakan pemeriksaan kan mengambil sampel darah. Harus pakai APD. Artinya kan ada biaya di luar pokok alat periksanya, sehingga menjadi sangat variatif," lanjut dia.

Tonang mengatakan, perbedaan harga itu sebenarnya bisa diatasi dengan penyaringan lebih ketat terhadap alat rapid test yang masuk ke Indonesia.

Sebab, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 memiliki rekomendasi 150 merek rapid test yang bisa diedarkan.

Tenaga medis dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar bersiap melakukan pemeriksaan tes cepat atau rapid test kepada para santri di Pesantren Mahyal Ulum Al Aziziyah di Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar, Kamis (11/6/2020). Pesantren di Aceh kembali melaksanakan aktivitas belajar mengajar setelah libur panjang terkait Covid-19 dan bulan Ramadhan dengan mengedepankan protokol kesehatan jelang era normal baru guna mencegah penyebaran Covid-19.KOMPAS.com/RAJA UMAR Tenaga medis dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar bersiap melakukan pemeriksaan tes cepat atau rapid test kepada para santri di Pesantren Mahyal Ulum Al Aziziyah di Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar, Kamis (11/6/2020). Pesantren di Aceh kembali melaksanakan aktivitas belajar mengajar setelah libur panjang terkait Covid-19 dan bulan Ramadhan dengan mengedepankan protokol kesehatan jelang era normal baru guna mencegah penyebaran Covid-19.

Menurut Tonang, rekomendasi rapid test seharusnya cukup 20 merek dengan menyempitkan kisaran harga.

"Kalau mau bagus, rekomendasinya cukup 20 merek dan range-nya jelas sekian. Karena kita juga harus fair. Kalau ada alat yang satu bisa Rp 400.000, ada yang puluhan ribu, kita kan mikirnya 'Apa ya bener mutunya sama'" ujar Tonang.

Baca juga: Kini Ada Layanan Rapid Test Covid-19 di Bandara Soekarno-Hatta, Tarifnya Rp 280.000

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com