Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Suara Kambing Mengembik di Istana Presiden

Kompas.com - 07/09/2020, 09:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Melihat Presiden Jokowi memakai produk yang sama, perasaan tidak pantas itu sirna. Face shield Presiden Jokowi harganya Rp 12.000 juga. Dalam hati, saya tertawa gembira. 

Tanpa basa-basi menyebut semua peserta dengan jabatannya, pertemuan langsung dimulai. Presiden Jokowi menyebut Covid-19 sebagai musuh bersama dan ajakan untuk mengambil tanggung jawab bersama, terutama media.

Dari semua data yang bisa memunculkan pesimisme, Presiden menekankan optimisme. Dari semua data yang bisa memunculkan kecemasan dan putus asa, Presiden menekankan harapan.

Presiden menggarisbawahi dan berterima kasih atas solidaritas antarwarga yang tinggi. Kesediaan saling membantu antarwarga nyata dalam situasi pandemi. Gotong royong menjadi ciri negeri. Ini salah satu dasar optimisme dan harapan yang dilihat Presiden Jokowi.

Penambahan kasus positif Covid-19 dan tren naiknya tidak ditampik dan disebut pertama-tama yaitu ada 184.268 kasus. Data tidak hendak diratapi dan dijadikan alasan pesimistis meskipun bisa dan sah saja.

Dari data itu, Presiden memperlihatkan bahwa 71,6 persen pasien sembuh meskipun berduka karena 7.750 pasien meninggal atau 4,2 persen. Menaikkan tingkat kesembuhuhan ini yang handak terus dikejar.

Rata-rata tingkat kesembuhan dunia 70 persen sementara tingkat kematian 3,3 persen. Meskipun tingkat kesembuhan di Indonesia di atas rata-rata dunia, tingkat kematian masih lebih tinggi.

Untuk jumlah pasien postif yang meningkat, Jokowi menyebut karena jumlah tes juga meningkat. Jika dibandingkan negara-negara berpenduduk besar di dunia seperti Amerika Serikat, India dan Brasil, Indonesia termasuk kecil jumlahnya.

Menurut Jokowi, hal ini karena Indonesia negara kepulauan yang secara alamiah membatasi pergerakan orang serta penyebaran. Presiden juga menyebut kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan lockdown berbasis lokal lebih efektif.

Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo (kiri), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kanan), Menko PMK Muhadjir Effendy (kanan) dan Menkeu Sri Mulyani (kedua kiri) mengikuti rapat kabinet terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/7/2020). Rapat tersebut membahas mengenai percepatan penanganan dampak pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/Pool/wsj.ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo (kiri), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kanan), Menko PMK Muhadjir Effendy (kanan) dan Menkeu Sri Mulyani (kedua kiri) mengikuti rapat kabinet terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/7/2020). Rapat tersebut membahas mengenai percepatan penanganan dampak pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/Pool/wsj.
Presiden mengaku, ketika awal-awal pandemi, 80 persen pembantunya atau menteri di kabinet meminta kebijakan lockdown. Jokowi tidak mengambil keputusan itu dan karenanya tidak merasa membuat monumental mistake dengan PSBB. 

Selama enam bulan pandemi, Jokowi mencermati data ini setiap pagi. Komunikasi dengan kepala negara lain seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan Uni Emirat Arab dilakukan untuk saling update dan berkoordinasi.

Semua dalam situasi yang tidak mudah, mengelola gas dan rem dalam keseimbangan. Mengelola tegangan antara optimisme dan kehati-hatian. Antara melindungi kesehatan dan menggerakan roda perekonomian.

Begitu kata Presiden Jokowi membuka pertemuan. Bersamaan dengan itu, dihidangkannya jahe hangat. Asap yang mengepul mengundang selera selain aromanya.

Selanjutnya, Presiden memaparkan kondisi makro ekonomi dibandingkan dengan semua negara. Angka-angkanya memang tidak menggemberiakan karena tidak sesuai harapan.

Namun, melihat situasi yang sama terjadi di semua negara dan sejumlah negara lebih terpuruk kondisinya, Presiden optimistis dengan ekonomi Indonesia. Optimistis tetapi realistis juga.

Misalnya, indeks manufaktur Indonesia sudah kembali ke era sebelum Pandemi di angka 50,8. Adanya dan kembalinya produksi membuat optimistis. Tetapi, adakah permintaan, adakah penyerapan pasar ini yang perlu dilihat secara realistis.

Di luar soal keselamatan warga dalam bentuk kesehatan dan keselamatan warga dalam bentuk aktivitas ekonomi, situasi pandemi dirasakan membawa manfaat baik terutama untuk digitalisasi di semua lini.

Manfaat baik dan peluang ini akan dijawab dengan pembangunan infrasturkur digital di semua wilayah Indonesia. Presiden menargetkan, sebelum periode keduanya berakhir, infrastruktur digital ini harus selesai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Tren
Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Tren
Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com