Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Suara Kambing Mengembik di Istana Presiden

Selain karena upaya kita merawat, kesehatan adalah rahmat. Syukur atas upaya kita merawat dan diberikannya rahmat kesehatan itu.

September sudah kita jalani seminggu ini dan kita sadar, banyak hal di luar perkiraan dan prediksi. Salah satunya soal prediksi kapan puncak pandemi terjadi. Kita kembali tersadarkan, banyak hal terjadi di luar kendali kita sendiri.  

Kamu pasti masih ingat prediksi sejumlah lembaga di awal-awal pandemi mengenai puncak pandemi. Ada yang menyebut Juni, Juli dan Agustus. September sedang kita jalani dan tampaknya puncak itu belum kita masuki.

Pekan lalu, saat enam bulan kita dalam situasi pandemi karena Covid-19, rekor penambahan kasus harian tertinggi masih terjadi.

Kamis (3/9/2020) lalu, tercatat 3.622 penambahan kasus baru. Akumulasi kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 184.268 dengan 7.750 pasien meninggal dunia. Kabar baiknya, tercatat 132.055 pasien sembuh.

Kapan puncak pandemi akan terjadi? Melihat melesetnya semua prediksi, banyak ahli dan lembaga tidak obral soal hal ini.

Prediksi puncak pandemi paling aman memang menyebut rentang waktu dan ini dikatakan. Akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021 disebut sebagai prediksi.

Apakah ini benar-benar akan terjadi nanti? Tidak ada yang memastikan juga. Saya melihat itu sebagai harapan, bukan semata-mata prediksi.

Sekali lagi, banyak hal terjadi di luar kendali kita sendiri.

Keseimbangan antara gas dan rem

Selama pertemuan, masker dan face shield wajib dikenakan. Meja panjang yang biasa dipakai Presiden Jokowi menerima tamu-tamunya diberi mika tebal dan tinggi di atas dahi ketika orang duduk sebagai pembatas.

Jarak antarkursi juga dibuat lebih renggang. Meja yang biasanya bisa menampung hingga 25 orang, hanya diisi 16 orang saja. Tidak ada prasmanan seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Bey Machmudin dan Staf Khusus Bidang Komunikasi dan sekaligus Juru Bicara Presiden Fardjroel Rachman.

Tepat pukul 13.30, Presiden Jokowi tiba di tempat pertemuan. Kecuali masker kain warna hitam dan face shield, tidak ada yang berubah dari Presiden Jokowi.

Rambutnya pendek tersisir rapi. Kemeja putih lengan panjang tanpa asesori kecuali pin merah putih di dada kiri. Celana kain warna hitam terlipat di mata kaki. Sneaker hitam dengan sol putih yang sudah mulai tipis dikenakan sebagai alas kaki.

Sebelum pertemuan dimulai, saya mengamati, face shield yang saya bawa dan sama persis seperti yang dikenakan Presiden Jokowi. Semula, saya merasa tidak pantas dengan face shield yang dibelikan isteri saya di pasar dekat rumah tinggal.

Melihat Presiden Jokowi memakai produk yang sama, perasaan tidak pantas itu sirna. Face shield Presiden Jokowi harganya Rp 12.000 juga. Dalam hati, saya tertawa gembira. 

Dari semua data yang bisa memunculkan pesimisme, Presiden menekankan optimisme. Dari semua data yang bisa memunculkan kecemasan dan putus asa, Presiden menekankan harapan.

Presiden menggarisbawahi dan berterima kasih atas solidaritas antarwarga yang tinggi. Kesediaan saling membantu antarwarga nyata dalam situasi pandemi. Gotong royong menjadi ciri negeri. Ini salah satu dasar optimisme dan harapan yang dilihat Presiden Jokowi.

Penambahan kasus positif Covid-19 dan tren naiknya tidak ditampik dan disebut pertama-tama yaitu ada 184.268 kasus. Data tidak hendak diratapi dan dijadikan alasan pesimistis meskipun bisa dan sah saja.

Dari data itu, Presiden memperlihatkan bahwa 71,6 persen pasien sembuh meskipun berduka karena 7.750 pasien meninggal atau 4,2 persen. Menaikkan tingkat kesembuhuhan ini yang handak terus dikejar.

Rata-rata tingkat kesembuhan dunia 70 persen sementara tingkat kematian 3,3 persen. Meskipun tingkat kesembuhan di Indonesia di atas rata-rata dunia, tingkat kematian masih lebih tinggi.

Untuk jumlah pasien postif yang meningkat, Jokowi menyebut karena jumlah tes juga meningkat. Jika dibandingkan negara-negara berpenduduk besar di dunia seperti Amerika Serikat, India dan Brasil, Indonesia termasuk kecil jumlahnya.

Menurut Jokowi, hal ini karena Indonesia negara kepulauan yang secara alamiah membatasi pergerakan orang serta penyebaran. Presiden juga menyebut kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan lockdown berbasis lokal lebih efektif.

Selama enam bulan pandemi, Jokowi mencermati data ini setiap pagi. Komunikasi dengan kepala negara lain seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan Uni Emirat Arab dilakukan untuk saling update dan berkoordinasi.

Semua dalam situasi yang tidak mudah, mengelola gas dan rem dalam keseimbangan. Mengelola tegangan antara optimisme dan kehati-hatian. Antara melindungi kesehatan dan menggerakan roda perekonomian.

Begitu kata Presiden Jokowi membuka pertemuan. Bersamaan dengan itu, dihidangkannya jahe hangat. Asap yang mengepul mengundang selera selain aromanya.

Selanjutnya, Presiden memaparkan kondisi makro ekonomi dibandingkan dengan semua negara. Angka-angkanya memang tidak menggemberiakan karena tidak sesuai harapan.

Namun, melihat situasi yang sama terjadi di semua negara dan sejumlah negara lebih terpuruk kondisinya, Presiden optimistis dengan ekonomi Indonesia. Optimistis tetapi realistis juga.

Misalnya, indeks manufaktur Indonesia sudah kembali ke era sebelum Pandemi di angka 50,8. Adanya dan kembalinya produksi membuat optimistis. Tetapi, adakah permintaan, adakah penyerapan pasar ini yang perlu dilihat secara realistis.

Di luar soal keselamatan warga dalam bentuk kesehatan dan keselamatan warga dalam bentuk aktivitas ekonomi, situasi pandemi dirasakan membawa manfaat baik terutama untuk digitalisasi di semua lini.

Manfaat baik dan peluang ini akan dijawab dengan pembangunan infrasturkur digital di semua wilayah Indonesia. Presiden menargetkan, sebelum periode keduanya berakhir, infrastruktur digital ini harus selesai.

Tidak hanya dengan Sinovac dari China, Indonesia bekerja sama dengan negara lain seperti Uni Emirat Arab, Inggris, Norwedia dan Korea. Biofarma ada dalam kerja sama ini. Di luar itu, Indonesia juga tengah mengembangkan pembuatan vaksin sendiri dengan perkiraan selesai pertengahan 2021.

Penduduk Indonesia yang besar jumlahnya membuat pemerintah membuat banyak alternatif dan meningkatkan kapasitas produksi vaksin. Jika misalnya alternatif pertama gagal, masih ada beberapa alternatif lain. 

Sejumlah tema menjadi bahan pembicaraan dalam diskusi dan tanya jawab.

Angin semilir yang berembus dari arah utara dan menerobos pintu-pintu besar Istana Bogor mendinginkan hangat minuman jahe. 

Ada pertanyaan soal pemilihan kepala daerah, terutama soal putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka yang maju sebagai calon walikota Solo dan menantunya Bobby Nasution sebagai calon walikota Medan. 

Terhadap pertanyaan pilkada, Jokowi berharap bisa dijalankan dengan baik meskipun situasi tidak normal karena pandemi. Jokowi juga minta agar kandidat tidak memanfaatkan Covid-19 untuk Pilkada. Demokrasi penting, kesehatan dan keselamatan nomor satu.

Pertanyaan tentang keluarganya yang maju pilkada tidak dijawab secara langsung. Jawaban umumnya adalah: demokrasi penting, kesehatan dan keselamatan nomor satu.

Selama pertemuan, selain jahe hangat dan semilir angin sejuk, suasana Istana Bogor semarak dengan suara kambing yang bersaut-sautan mengembik. Kandang kayu didirikan di dekat kolam ke arah makam di Kebun Raya Bogor.

Sejak tinggal di Istana Bogor, Jokowi memang memelihara lima ekor kambing, tiga di antaranya betina dan dua jantan.

Pertengahan 2017, kambing beranak-pinak dan berjumlah 11 ekor. Tiga tahun berselang, jumlahnya lebih banyak. Itu tercermin dari suara kambing mengembik bersaut-sautan.

Beberapa penelitian menyebutkan, kambing lebih sensitif pada perubahan dibanding hewan ternak lainnya. Mengembik adalah ungkapan sensitivitasnya.

Kambing juga peka dan bisa mengenali suara anaknya dengan baik meskipun sudah terpisah jarak cukup lama.

Suara kambing tampaknya mengingatkan Jokowi pada kampung halaman. Solo. Tempat saat ini anaknya akan bertarung dalam pilkada.

Salam peka,

Wisnu Nugroho

 

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/07/095916265/suara-kambing-mengembik-di-istana-presiden

Terkini Lainnya

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tren
Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke