Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Covid-19 "Tak Semengerikan Itu"? Ini Data dan Fakta soal Virus Corona

Kompas.com - 23/07/2020, 07:10 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Para ilmuwan sebelumnya juga telah menyebut bahwa struktur virus SARS-CoV-2 memungkinkannya lebih menular dibandingkan virus sejenisnya, seperti SARS dan MERS.

Baca juga: Yang Perlu Dipahami soal Penularan Virus Corona Melalui Udara

Kasus di berbagai negara, termasuk Indonesia

Meski banyak negara telah mendeklarasikan kesuksesan mereka dalam menghentikan laju Covid-19, tak sedikit pula negara yang masih berjuang menghentkan laju pandemi.

Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus tertinggi di dunia yang memiliki 4 juta kasus infeksi dan 145.276 kematian.

Negeri Paman Sam itu bahkan saat ini disebut semakin terpuruk karena tingkat penyebaran kasus yang semakin cepat.

Singkatnya, butuh 99 hari bagi AS untuk mencapai 1 juta kasus sejak laporan pertamanya pada 21 Januari 2020.

Namun, hanya butuh 43 hari setelahnya untuk mencapai 2 juta kasus.

Kemudian, kasus di AS mencapai 3 juta dalam waktu 28 hari. Terbaru, hanya butuh 2 minggu untuk mencapai 1 juta kasus di AS, sehingga total kasus menjadi 4 juta.

Brazil menyusul AS dengan 2,1 juta kasus infeksi dan 81.487 kematian.

Baik AS maupun Brazil, pemimpin kedua negara itu kerap mendapat sorotan karena dianggap meremehkan virus corona dan tak mengeluarkan tindakan tegas untuk mencegah penularan semakin meluas.

Indonesia pun tak luput mendapat sorotan dunia. Pasalnya, kasus Covid-19 di Tanah Air belum menunjukkan tanda akan melandai serta memiliki kasus terbanyak di Asia Tenggara dan Asia Timur dengan 91.751 kasus infeksi dan 4.459 kematian.

Baca juga: Angka Kasus Covid-19 Sudah di Atas China, Apa Catatan untuk Indonesia?

Kisah seorang warga AS

Ilustrasi virus corona, vaksin virus coronaShutterstock Ilustrasi virus corona, vaksin virus corona
Seorang pria berusia 30 tahun dari Texas, AS meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona, setelah menghadiri pesta Covid-19.

Menurut keterangan perawat, pesta itu sengaja dibuat dengan tujuan sengaja menyebar virus karena mereka menganggap Covid-19 sebagai hoaks.

"Pesta tersebut diselenggarakan oleh seseorang yang positif terinfeksi virus corona dan dia ingin mengetahui apakah virus itu benar-benar nyata dan bisa menginfeksi orang lain," kata Dr Appleby, dokter yang merawat pria itu, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 12 Juli 2020.

"Pria itu tidak terlalu percaya. Penyakit Covid-19 disebutnya hoaks. Dia pikir dia masih muda dan tidak mungkin terinfeksi penyakit itu," sambungnya.

Usai menghadiri pesta, pria itu mengalami sakit kritis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com