Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Unggahan Poster Monas Tenggelam di Media Sosial, Apa Artinya?

Kompas.com - 08/07/2020, 08:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Pada dasarnya enggak ada tujuan yang filsuf tentang kenapa sih saya pilih tiga kota tersebut, tapi memang saya dari Jakarta, sekarang sudah lima tahun di Bogor, dan saya memang sudah lama punya rencana buat menetap di Bali, makanya saya pilih kota-kota tersebut," ujar freelance di bidang graphic designer, sekaligus pemilik Digital Studio Visualmovement.id ini.

Baca juga: Manfaat di Balik Desain Ruangan dengan Aksen Tanaman Hias

Arti angka 2102

Tidak hanya gambar bangunan yang tenggelam saja yang menjadi daya tarik dari karyanya, melainkan angka 2102 yang ada pada bagian bawah poster.

Niel mengatakan, ada maksud tersendiri bagi angka 2102 yang dibubuhkannya pada poster.

"Tujuan dan maksud saya pilih empat angka itu memang menuju ke tahun. Pada masanya, banyak orang merasa takut dan bertanya-tanya tentang kerusakan Bumi di tahun 2012, pada saat itu booming banget dan bikin orang merasa ketakutan (karena diimplementasikan sebagai tahun akhir zaman)," katanya lagi.

Baca juga: Trending Topic Taufik Hidayat dan Lingkaran Korupsi di Kemenpora...

Kendati demikian, Niel terbentuk ide untuk menukar angka tersebut yang awalnya 2012 menjadi 2102.

"Saya sengaja juga membuat visualnya terasa gelap dan menakutkan untuk memberikan efek yang sama seperti tahun 2012," kata dia.

Niel mengimbau masyarakat untuk sadar bahwa bisa jadi pada 2102 perubahan iklim dan lingkungan bumi bisa rusak jika kita tidak menjaga kestabilan lingkungan.

Terkait posternya yang menjadi viral di media sosial, Niel berharap pesannya untuk menyadarkan manusia tersampaikan, terutama pemerintah.

Ia juga tidak menyangka jika poster hasil kreasinya akan mendapatkan respons sampai puluhan ribu kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Baca juga: Klaten Jadi Trending di Twitter, Berikut Sejarah Kota yang Dipimpin Bupati Sri Mulyani

Tanggapan LIPI

Di sisi lain, peneliti Limnologi Bogor dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hendro Wibowo mengungkapkan, ada kemungkinan Indonesia akan mengalami hal tersebut.

Sebab, kondisi yang terjadi pada poster tersebut dapat terjadi dengan tiga pemicu yakni menurunnya kapasitas sungai, kenaikan permukaan laut, dan perubahan lahan hulu.

"Saya mencoba memahami pemikiran pengunggahnya sebagai sebuah peringatan kepada kita semua bahwa membuang sampah sembarangan menjadi salah satu sebab terjadinya banjir karena tertutupnya saluran drainase dan menurunnya kapasitas sungai," ujar Hendro saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Selasa (7/7/2020).

Baca juga: Mencairnya Es di Greenland dan Risiko Banjir Tahunan...

Menurutnya, untuk proyeksi tahun 2100-an ini sudah banyak diungkapkan bahwa kota-kota pantai sesuai kondisi regional masing-masing akan tenggelam karena adanya kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global serta penurunan muka tanah karena eksploitas air tanah dan beban bangunan akibat pembangunan yang tidak terkendali.

Di sisi lain perubahan lahan di hulu juga menyebabkan berkurangnya daerah resapan, sehingga menambah akumulasi aliran permukaan di kota-kota pantai tersebut.

"Tiga pemicu tadi secara ekstrim dapat digambarkan dalam poster tersebut. Apakah benar seperti itu? Proses tersebut sudah mulai terjadi di beberapa kota pantai," kata dia.

"Hanya saja untuk memperkirakan waktu dan besarannya tentu harus terus dilakukan penajaman akurasi model-model perubahan iklim, model proyeksi kenaikan permukaan air laut, model prediksi perubahan penggunaan lahan didukung oleh data-data monitoring untuk validasinya," lanjut dia.

Baca juga: Kristal Es Bak Salju Muncul di Gunung Gede, Kenapa Bisa Terjadi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com