Sementara itu Harian Kompas, Senin (5/10/1970), menyebutkan ada kemungkinan Bung Karno lahir sebelum 23 Mei 1901. Disebutkan bahwa kelahiran Bung Karno ditandai dengan letusan Gunung Kelud pada 23 Mei 1901.
Namun, meski ada beragam versi mengenai kelahiran Soekarno, telah disepakati bahwa kelahirannya bulan Juni. Hal itu diklaim oleh PDIP dan menjadikan bulan Juni sebagai Bulan Bung Karno.
Bung Karno merupakan salah satu contoh terbaik dari seseorang yang berani mengambil risiko.
Sebagai seorang sarjana teknik pada tahun 20-an ketika sebagian besar rakyatnya masih belum sempat mengenyam pendidikan, dia sudah mengambil risiko besar dengan tidak sudi bekerja sama dengan penjajah.
Baca juga: Rumusan Dasar Negara Menurut Soekarno
Padahal secara pribadi Bung Karno mungkin lebih terjamin kehidupannya sampai ke anak cucunya, kalau bersedia bekerjasama dengan Belanda.
Dikutip Harian Kompas, Selasa (6/6/2006), Bung Karno mewariskan bangsanya dengan berbagai ajaran yang digalinya sejak ia berjuang pada usia muda.
Namun, jika diteliti secara saksama, ajaran pokok yang selalu didengung-dengungkan hingga menjelang wafatnya adalah persatuan bangsa.
Presiden Soekarno menyerukan persatuan salah satunya pada sambutannya di sidang kabinet 15 Januari 1966 di Istana Merdeka.
"Bangsa harus menjadi bangsa yang kuat dan besar. Oleh karena itulah belakangan ini selalu saya menangis, bahkan donder-donder, marah-marah. He, bangsa Indonesia, jangan gontok- gontokan!" kata Bung Karno.
Ketika Pancasila masih dalam tahap draf, persatuan Indonesia dijadikan sila pertama. Tanpa persatuan, kata Bung Karno, suatu bangsa mustahil bisa maju membangun dirinya.
Ia kerap menyitir ucapan Arnold Toynbee bahwa "A great civilization never goes down unless it destroy itself from within".
Juga ucapan Abraham Lincoln, "A nation divided against itself, cannot stand". Mana ada bangsa yang bisa bertahan jika terpecah belah di dalamnya?
Baca juga: Dualisme Kepemimpinan Nasional antara Soekarno dan Soeharto
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.