Selain masalah fasilitas saat pembelajaran online, Efendi juga merasakan pengalaman berbeda mengajar di kelas dan harus melalui online. Salah satunya mengenai kehadiran muridnya.
"Kalau jadwal pagi biasanya dari 32 anak, yang respons untuk belajar online di grup WA sekitar 5 anak. Yang lain jika ditanya. 'Pada kemana anak-anak?' Jawabnya 'ada yang mabar dan ada yang belum bangun pak'," kata dia menceritakan.
Selain itu jika diajak nonton video pendek atau buka situs untuk bahan belajar, sejumlah siswa juga mengeluh. Siswanya beralasan paket internet yang mereka miliki hanya paket internet untuk chatting saja.
"Ada juga anak yang biasanya diem di kelas ini tiba-tiba saat belajar online aktif terus. Setelah dicek ternyata yang pegang hape ternyata orangtuanya. Ya namanya anak-anak sekolah di pinggiran lucu-lucu tingkahnya. Yang penting mereka tetep belajar dan tidak stress agar imunnya tidak menurun," ungkap dia.
Sementara mengenai belajar dengan menonton TVRI, di kelasnya pada pagi hari belajar online mata pelajaran. Kemudian pada siang hari, anak-anak didampingi wali kelas melihat TVRI membahas materi yang disampaikan.
"Tetap kuota internet yang berat, soalnya kalau bahas materi tetap online minimal menggunakan WA," jawabnya.
Memilih WhatsApp
Sementara itu, seorang guru di MAN 1 Klaten, Nurul Aini mengaku diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan pembelajaran jarak jauh.
"Ada yang pakai e-learning dari Kemenag, ada yang pakai Google Classroom. Saya lebih memilih grup WhatsApp karena siswa lebih mudah dikondisikan," kata Aini kepada Kompas.com, Senin (13/4/2020).
Minimnya fasilitas pembelajaran, seperti gawai, laptop, dan sinyal internat menjadi alasan lain mengapai Aini memilih pembelajaran melalui WhatsApp.
Baca juga: TVRI dan Tantangan Program Belajar dari Rumah Kemendikbud
Kondisi berbeda dirasakan oleh Inas Nur Rasyidah, seorang guru di MIN 14 Al Azhar Asy Syarif, Jakarta Selatan.
Pembelajaran berbasis daring yang biasa diterapkan sekolahnya membuat proses pembelajaran dari rumah tak menemui kendala berarti.
"Tugas-tugas tambahan pun kami share lewat grup WhatsApp yang berisi wali murid per kelasnya," kata Inas saat dihubungi.
Selain itu, sekolah juga memberikan aplikasi latihan soal berbasis daring yang bisa diakses melalui gawai atau laptop masing-masing.
Rindu suasana kelas
Kendati demikian, Inas mengaku rindu akan suasana belajar di kelas dengan segala tingkah laku siswanya.
"Saya merasakan rindu mengajar di sekolah. Bisa berinteraksi langsung atau tatap muka dengan siswa. Bisa mengawasi langsung perkembangan siswa," kata Inas.
"Karena pada dasarnya kami guru bukan hanya mengajar, tapi juga mendidik siswa," sambungnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.