Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Sebut Suara Dentuman Tidak Berasal dari Gempa Tektonik di Selat Sunda

Kompas.com - 11/04/2020, 11:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan hasil monitoring seismik terkait kegempaan yang terjadi saat letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) pada Jumat (10/4/2020) malam sekitar pukul 21.58 WIB dan 22.35 WIB.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengungkapkan, sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik.

Oleh karena itu, erupsi GAK kali ini dinilai lebih lemah dibandingkan erupsi GAK yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu.

"Kaena sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik. Sehingga erupsi GAK kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018," ujar Rahmat seperti dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com , Sabtu (11/4/2020).

Baca juga: Soal Suara Dentuman Misterius, Berikut Analisis dari Ahli Vulkanologi

Suara dentuman

Foto udara letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 Wib dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak (sekitar 1.838 meter di atas permukaan laut).ANTARA FOTO/BISNIS INDONESIA/NURUL HIDAYAT Foto udara letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 Wib dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak (sekitar 1.838 meter di atas permukaan laut).

Sementara itu, terkait suara dentuman yang beberapa kali terdengar dan membuat penasaran masyarakat Jabodetabek, pihak BMKG kemudian melakukan monitoring pada pukul 06.00 WIB.

Rahmat meyampaikan, hasil monitoring menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Provinsi Banten.

"Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo 2,4 M, tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat," ujar rahmat.

Kendati demikian, BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik.

Tetapi, ada hal menarik berdasarkan hasil monitoring seismik BMKG yakni pada Jumat (10/4/2020) pukul 22.59 WIB hingga 23.00 WIB, beberapa sensor seismik BMKG eksisting dan sensor baru yang dipasang pada 2019 mencatat adanya event gempa di 7 titik Selat Sunda.

Tujuh titik tersebut antara lain, CGJI (Cigeulis, Banten), WLJI (Wonosalam, Banten), PSSM (Pematang Sawah, Lampung), LLSM (Limau, Lampung), KASI (Kota Agung, Lampung), CSJI (Ciracap, Jawa Barat), dan KLSI (Kotabumi. Lampung).

Baca juga: Sejarah Gunung Anak Krakatau dan Letusan Terdahsyat 1833 yang Menewaskan 36.417 Orang...

Tidak memicu tsunami

Foto dirilis 3 Januari 2019, menunjukkan aktivitas Gunung Anak Krakatau mengeluarkan material vulkanik di perairan Selat Sunda. KRI Torani 860 yang merupakan kapal perang jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) mengemban misi memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau dan mengirim bantuan ke warga Pulau Sebuku pasca-bencana tsunami Selat Sunda.ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA Foto dirilis 3 Januari 2019, menunjukkan aktivitas Gunung Anak Krakatau mengeluarkan material vulkanik di perairan Selat Sunda. KRI Torani 860 yang merupakan kapal perang jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) mengemban misi memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau dan mengirim bantuan ke warga Pulau Sebuku pasca-bencana tsunami Selat Sunda.

Tak hanya itu, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyampaikan berdasarkan erupsi GAK yang terjadi pada Jumat (10/4/2020) tidak memicu adanya tsunami.

"Erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam pada tanggal 10 April 2020 pukul 21.58 WIB tidak memicu terjadinya tsunami," ujar Daryono saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (11/4/2020).

Adapun peristiwa erupsi GAK juga dinilai berdasarkan hasil monitoring muka laut oleh BMKG yakni melalui tide gauge data dan Radar Wera.

Daryono menyampaikan, hasil monitoring muka laut menggunakan tide gauge di pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan tidak ada anomali perubahan muka laut sejak Jumat, 10 April 2020 pukul 22.00 hingga Sabtu, 11 April 2020 pukul 05.00 WIB.

Sementara, berdasarkan hasil monitorin Radar Wera, menunjukkan tidak terjadi anomali muka laut sejak Jumat, 10 April 2020 pukul 22.00 hingga Sabtu, 11 April 2020 pukul 05.00 WIB.

Diketahui, Radar Wera ini dipasang di Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Banten.

Baca juga: Gunung Anak Krakatau Meletus Jumat Malam, Warganet Kisahkan Suara Dentuman Aneh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com