Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 1 Juta Orang Terinfeksi, Bagaimana dan Kapan Pandemi Virus Corona Akan Berakhir?

Kompas.com - 05/04/2020, 17:31 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dengan kasus infeksi global melampaui angka 1 juta dan banyak negara menerapkan penguncian, barangkali pertanyaan yang muncul adalah "Kapan semua virus corona ini akan berakhir?"

Tak ada jawaban pasti atas pertanyaan itu.

Para ilmuwan saat ini masih terus berupaya untuk mencari tahu penyebab pasti virus ini, termasuk apakah virus bisa menginfeksi seseorang lebih dari satu kali dan vaksin yang akan digunakan.

Baca juga: Apa Itu Herd Immunity dan Mengapa Berisiko Tinggi?

1. Jadi bagaimana ini akan berakhir?

Dilansir dari Bloomberg, ada konsensus bahwa pandemi ini akan berakhir dengan herd immunity atau kekebalan kelompok.

Itu akan terjadi ketika banyak orang dalam satu komunitas atau negara terhindar dari patogen yang tidak dapat ditahan dan dimusnahkan.

Ada dua skenario untuk mendapatkan herd immunity.

Pertama adalah vaksinasi. Para peneliti harus mengembangkan vaksin yang terbukti aman dan efektif melawan virus corona, sementara otoritas kesehatan harus memberikannya kepada banyak orang.

Kedua, herd immunity ini akan terjadi setelah sebagian besar komunitas terinfeksi, sehingga membentuk resistensi terhadap virus itu.

Namun, skenario kedua tersebut sangat berisiko dan harus dibayar mahal dengan jumlah infeksi dan angka kematian tinggi karena sistem kesehatan tak memadai.

Baca juga: Sudah Dapat Diakses, Berikut Cara Nikmati Listrik Gratis untuk Pengguna Token dan Reguler

2. Bagaimana kita bisa mengatur penyebaran virus?

Dokter dan perawat di Rumah Sakit Rakyat Kuga Nomor 2 Chuanranbing membungkukan badan sebagai bentuk penghormatan bagi korban meninggal di Region Otonomi Xinjiang, China, pada 4 April 2020.REUTERS/Yuan Huanhuan Dokter dan perawat di Rumah Sakit Rakyat Kuga Nomor 2 Chuanranbing membungkukan badan sebagai bentuk penghormatan bagi korban meninggal di Region Otonomi Xinjiang, China, pada 4 April 2020.

Bagi banyak negara, strateginya adalah melakukan penguncian dan membatasi mobilitas publik.

Tujuannya adalah mencegah ledakan besar infeksi yang akan membanjiri sistem medis dan berpotensi menyebabkan banyak kematian.

"Meratakan kurva" menghambat kasus dalam periode waktu yang lebih lama dan memberi waktu kepada otoritas dan penyedia layanan kesehatan untuk membangun kapasitas pengujian, melacak kontak mereka yang terinfeksi, merawat orang sakit, dan memperluas fasilitas rumah sakit, termasuk ventilator dan unit perawatan intensif.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

3. Kapan penguncian dan pembatasan berakhir?

Masyarakat seharusnya tak terburu-buru untuk berharap kehidupan kembali normal. Melonggarkan pembatasan dan membuka penguncian terlalu dini berisiko menyebabkan lonjakan baru.

Pihak berwenang di China mulai membuka kembali kota Wuhan, tempat pandemi dimulai, dua bulan setelah kota itu ditutup dari dunia, ketika transmisi hampir berhenti.

Namun, Wakil Kepala Medis Inggris, Jenny Harries, mengatakan langkah-langkah penguncian di sana seharusnya dilakukan dalam dua, tiga atau, idealnya, bertahan hingga enam bulan.

Sementara profesor penyakit menular di London Sccool Hygiene and Tropical Medicine Annelies Wilder Smith merekomendasikan pembatasan tetap berlaku sampai kasus harian turun secara konsisten selama setidaknya dua minggu.

Baca juga: Update, Berikut 15 Negara yang Berlakukan Lockdown akibat Virus Corona

4. Mengapa pengujian sangat penting?

Para penumpang di stasiun kereta bawah tanah Wuhan memakai masker, pada 28 Maret 2020. Wuhan mulai bersiap mengoperasikan lagi sejumlah layanan publik, setelah di-lockdown selama 2 bulan.YFC/EPA-EFE Para penumpang di stasiun kereta bawah tanah Wuhan memakai masker, pada 28 Maret 2020. Wuhan mulai bersiap mengoperasikan lagi sejumlah layanan publik, setelah di-lockdown selama 2 bulan.

Virus corona menimbulkan begitu banyak bencana.

Banyak orang terinfeksi tak menunjukkan gejala dan tanpa disadari menyebarkannya ke orang lain. Karenanya, penting untuk menguji infeksi secara luas dalam populasi, khususnya semua orang dengan gejala.

Dengan demikian, mereka yang terinfeksi dan orang yang pernah berhubungan dekat dapat mengisolasi diri, sehingga membatasi penyebaran virus dalam satu komunitas.

Baca juga: Jadi Pandemi Global, Kenali 3 Gejala Awal Covid-19

5. Berapa lama vaksin akan tersedia?

Lusianan perusahaan dan universitas di seluruh dunia sedang berlomba untuk mengerjakannya, tapi tak ada jaminan mereka akan berhasil membuatnya.

Pengembangan vaksin biasanya memakan proses panjang dan kompleks yang mencakup pengujian bertahun-tahun untuk memastikan suntikan yang aman dan efektif.

Dalam pertarungan melawan virus corona ini, beberapa pihak menargetkan akan menyelesaikan vaksin dalam waktu 12 hingga 18 bulan.

Para ilmuwan kini mengandalkan teknologi baru, yaitu menambahkan bahan genetik virus ke sel manusia dan mendorong mereka untuk membuat protein yang memacu respons kekebalan.

Baca juga: Hari-hari Terburuk Italia dan Spanyol akibat Virus Corona Belum Berakhir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88, Diduga Terkait Pengusutan Korupsi Timah

Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88, Diduga Terkait Pengusutan Korupsi Timah

Tren
Terima Kasih, Prof. Salim Said

Terima Kasih, Prof. Salim Said

Tren
10 Aktivitas yang Dapat Meningkatkan Stamina, Mudah Dilakukan

10 Aktivitas yang Dapat Meningkatkan Stamina, Mudah Dilakukan

Tren
Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

Tren
Film Vina dan Fenomena 'Crimetainment'

Film Vina dan Fenomena "Crimetainment"

Tren
5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

Tren
Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com