Sementara itu, krisis datang pada waktu yang tidak tepat untuk Malaysia, di mana infeksi pertama muncul tepat saat pemerintahan Malaysia berantakan.
Koalisi Pakatan Harapan yang berkuasa dipaksa menjadi oposisi setelah pengunduran diri Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad pada akhir Februari.
Pada pekan selanjutnya, Raja Malaysia memilih Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri baru.
Diketahui, pemilihan Muhyiddin, yang memimpin kolaisi nasionalis Melayu Perikatan Nasional (Aliansi Nasional) membuat marah banyak warga Malaysia yang memilih dalam Pakatan Harapan yang lebih progresif.
Baca juga: Mengintip Pemberlakuan Lockdown di Malaysia...
Hampir tidak ada bangsa yang berdamai dengan memiliki pemimpin baru ketika menemukan klaster pertama yang sepenuhnya infeksi lokal virus corona.
Klaster tersebut terdeteksi dalam sekelompok pegawai negeri sipil dan pengacara.
Kemudian, saat Muhyiddin masih memilih kabinetnya, muncul kasus klaster kedua yang berasal dari sebuah acara yang diselenggarakan oleh gerakan Jamaah Tabligh.
Atas kejadian itu, Muhyiddin mengumumkan lockdown.
Hal inilah yang mengejutkan warga Malaysia dan seketika menimbulkan panic buying.
Setelah larangan perjalanan antar-negara diumumkan, waega Malaysia bergegas kembali ke kota asal mereka atau menyebrangsi jalan lintas ke Singapura. Kerumuman besar terbentuk di terminal dan pos pemeriksaan imigrasi.
Baca juga: Jadi Pandemi Global, Kenali 3 Gejala Awal Covid-19
Sehari setalah mengumumkan lockdown, Muhyiddin meminta warga Malaysia untuk berdiam diri di rumah.
Banyak warga Malaysia saat ini megkritik pemerintah karena dianggap tidak mampu menangani krisis, yang telah membuatnya sangat lengah meskipun negara tersebut memiliki pengalaman yang relatif baru dengan pandemi.
Diketahui, Malaysia berjuang melawan wabah virus Nipah pada 1999 dan SARS di tahun 2003.
Selama delapan bulan, virus Nipah menginfeksi 265 orang dan menewaskan 105 orang, tanggapan negara itu tertunda karena awalnya salah mengidentifikasi sebagai ensefalitis Jepang.