Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Baru 2020, Perlukah Ada Resolusi?

Kompas.com - 31/12/2019, 11:11 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Cara mencapai target

Setelah target-target tersusun, saatnya untuk mencapainya satu per satu. 

Akan tetapi, target yang besar dan tinggi tidak akan mungkin bisa terpenuhi hanya dengan sekali lompatan atau aksi.

Untuk mencapainya, diperlukan batu loncatan agar memudahkan kita sedikit demi sedikit mencapai puncak kesuksesan.

"Kenapa, kalau kita tidak tidak buat batu loncatan, bebannya terlalu berat, terlalu besar, sehingga kita tidak bisa berbuat apa-apa," kata Koentjro.

Dalam proses mencapai target, kata Koentjoro, ada konsep yang disebutnya "Uji dan Ujo".

"Uji itu ya diuji, ujo itu dimanjakan. Jadi kalau misal gagal jangan merasa menyesal, itu adalah ujian. Kamu harus bisa melihat kenapa kamu gagal, kamu evaluasi, kamu coba buat langkah-langkah ke depan seperti apa," ujar dia.

"Kalau kamu berhasil kamu punya pengalaman, hidupmu lebih baik. Kamu diujo, kamu dimanjakan.Tapi ketika kamu dimanjakan, kamu itu diuji. Sebagian besar yang kamu terima adalah milik orang lain, jangan sombong dan sebagainya," lanjut Koentjoro.

Terkait dituliskan atau tidak daftar target dalam kertas atau catatan yang bersifat digital, semua itu tidak terlalu berpengaruh.

Lebih baik memang dituliskan secara fisik, namun semua itu akan sia-sia jika target tidak tertuliskan di dalam hati.

"Namanya cita-cita lebih enak dituliskan di hati kita. Itu niat yang harus kita lakukan. Integritas, bagaimana kita komitmen dengan cita-cita kita. Kalau hanya pemanis bibir semua orang bisa," sebut Koentjoro.

Menurut dia, semua orang harus memiliki cita-cita dan target hidup sebagai bentuk dari menyayangi diri sendiri. 

Mengapa target tidak tercapai?

Jika rancangan target sudah disusun dan coba direalisasikan namun tidak juga tercapai, maka kita harus memperhatikan lagi beberapa hal.

Evaluasi diri sangat dibutuhkan, mungkin target yang terlalu tinggi atau memang diri kita yang masih setengah hati mengusahakannya.

Perhatikan juga hambatan yang bisa datang dari dalam dan luar diri yang memiliki sumbangsih besar pada kegagalan yang kita alami.

"Hambatan dari dalam diri kita apa, ada enggak kita enggak sungguh-sungguh dalam mengerjakan, punya makna enggak buat kita," kata Koentjoro.

"Dari luar kita lihat, pendanaan bagaimana, dukungan dari keluarga bagaimana, itu harus dilihat. Bandingkan dengan apa-apa yang kita pernah sukses dulu, kita tidak selamanya gagal saja, kita pernah sukses. Kita juga belajar, kenapa kita sukses dulu, apa yang terjadi dengan diri kita," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com