Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
Daryono menjelaskan sejauh ini belum ada alat yang dapat memprediksi terjadinya gempa. Apalagi bisa menentukan besaran, tempat, dan waktu kejadian secara tepat.
"Sampai saat ini belum ada negara dengan teknologi apapun yang mampu memprediksi kapan, di mana dan berapa kekuatan gempa bumi yang akan terjadi secara tepat hari dan tanggalnya," jelas dia.
Selain itu, Daryono menjelaskan tidak adanya hubungan antara lempeng yang memengaruhi gempa di Lombok tahun lalu dengan lempeng-lempeng gempa di Pulau Jawa.
"BMKG menegaskan isu mengenai gempa Lombok yang akan memicu aktifnya gempa megathrust Selatan Jawa-Selat Sunda adalah kabar bohong," tegas Daryono.
"Sumber gempa di Lombok tahun 2018 lalu adalah Sesar Naik Flores yang tidak memiliki hubungan langsung dengan zona megathrust di Samudra Hindia. Sumber gempa tersebut berbeda dan dipisahkan dengan jarak yang sangat jauh," lanjutnya.
Untuk itu, Daryono mengingatkan seluruh masyarakat untuk jangan pernah percaya dengan ramalan atau prediksi gempa bumi yang tidak berdasar, apalagi ikut menyebarluaskannya.
Baca juga: Kata BMKG soal Isu Tsunami di Malam Tahun Baru di Bengkulu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.