Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Retakan di Permukaan Air Laut Indikasikan Gempa di Jawa

Kompas.com - 26/12/2019, 17:48 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Terdapat sebuah unggahan di Facebook yang menyebutkan informasi adanya potensi gempa besar yang akan mengguncang Pulau Jawa.

Potensi itu dikaitkan dengan gambar penampakan air laut yang disebut terlihat 'retak' saat difoto dari ketinggian udara.

Namun, BMKG membantah informasi tersebut dan menyebutnya sebagai hoaks.

Narasi yang beredar

Pada 20 Desember 2019, akun Facebook atas nama Muhammad Alexander Zen mengunggah info adanya potensi gempa yang akan terjadi di Pulau Jawa.

Unggahan itu disertai sebuah foto kompilasi penampakan permukaan laut yang diambil dari ketinggian udara.

Di atas permukaan laut tersebut terlihat pola yang disebutkan oleh pengunggah sebagai retakan.

Tidak disebutkan dengan pasti di mana dan kapan foto itu diambil. Akan tetapi, pengunggah menyebutkan gempa Lombok yang terjadi sebelumnya di tahun 2018.

Retakan itu kemudian dikaitkan dengan potensi gempa yang akan terjadi di Pulau Jawa.

Ia pun meminta semua orang untuk banyak berdoa dan tetap waspada. Tak lupa, pengunggah menyertakan informasi mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum menghadapi bencana.

Salah satunya adalah mengamankan dokumen-dokumen penting dan obat-obatan yang harus disiapkan dalam sebuah tas untuk kondisi mendesak.

Baca juga: Fenomena Kemunculan Oarfish dan Mitos Prediksi Gempa...

Berikut ini unggahan lengkapnya:

Hingga Rabu (12/25/2019), unggahan tersebut sudah dibagikan oleh 24 ribu akun lain dan dikomentari sebanyak 3.500 kali.

Klarifikasi Kompas.com

Mengklarifikasi informasi yang beredar, Kompas.com menghubungi Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dan meminta penjelasan.

Respons pertama yang diberikan Daryono terkait informasi itu adalah sebuah bantahan tegas.

"Hoaks. Foto lautan retak yang berpotensi gempa besar di Jawa adalah tidak benar," ujarnya.

Daryono menjelaskan sejauh ini belum ada alat yang dapat memprediksi terjadinya gempa. Apalagi bisa menentukan besaran, tempat, dan waktu kejadian secara tepat.

"Sampai saat ini belum ada negara dengan teknologi apapun yang mampu memprediksi kapan, di mana dan berapa kekuatan gempa bumi yang akan terjadi secara tepat hari dan tanggalnya," jelas dia.

Selain itu, Daryono menjelaskan tidak adanya hubungan antara lempeng yang memengaruhi gempa di Lombok tahun lalu dengan lempeng-lempeng gempa di Pulau Jawa.

"BMKG menegaskan isu mengenai gempa Lombok yang akan memicu aktifnya gempa megathrust Selatan Jawa-Selat Sunda adalah kabar bohong," tegas Daryono.

"Sumber gempa di Lombok tahun 2018 lalu adalah Sesar Naik Flores yang tidak memiliki hubungan langsung dengan zona megathrust di Samudra Hindia. Sumber gempa tersebut berbeda dan dipisahkan dengan jarak yang sangat jauh," lanjutnya.

Untuk itu, Daryono mengingatkan seluruh masyarakat untuk jangan pernah percaya dengan ramalan atau prediksi gempa bumi yang tidak berdasar, apalagi ikut menyebarluaskannya.

Baca juga: Kata BMKG soal Isu Tsunami di Malam Tahun Baru di Bengkulu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com