Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mulia Nasution
Jurnalis

Jurnalis yang pernah bekerja untuk The Jakarta Post, RCTI, Transtv. Pernah bergiat menulis puisi, cerita pendek, novel, opini, dan praktisi public relations . Kini menekuni problem solving and creative marketing. Ia mudah dijangkau email mulianasution7@gmail.com

Mobil Esemka, Presiden Jokowi, dan Tuan Mahathir

Kompas.com - 10/09/2019, 07:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Atau, kalau proyek mobil nasional benar-benar terwujud di saat Presiden Soeharto berkuasa, Jokowi akan menyetir mobil nasional Timor (Teknologi Industri Mobil Rakyat).

Sayangnya, kita inferior, bangsa yang selalu tanggung memperjuangkan sesuatu, atau mungkin bangsa egois saat memperjuangkan kepentingan nasional bangsanya sendiri. Atau mungkin, bangsa yang senang berjuang untuk mementingkan klan sendiri.

Buktinya, Timor kandas di tengah jalan, sebab pada 22 April 1998, badan penyelesaian sengketa (Dispute Settletment Body) WTO memutuskan program mobil nasional melanggar asas perdagangan bebas dunia. Dampaknya, harus ditutup.

Melalui Kepres No 20 tahun 1998, mengakhiri cerita mobnas pada 21 Januari 1998. Soal kehadiran mobnas Timor digempur oleh Jepang dan negara produsen mobil lain, itu soal yang berbeda lagi ceritanya.

Bayangkan, betapa istimewanya Timor saat itu. Inpres (Instruksi Presiden) No. 2 tahun 1996, memerintahkan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi, “melicinkan” proses kelahiran mobnas.

Apalagi mobnas Timor memiliki unsur mengenalkan merek sendiri. Diproduksi menggunakan kompenen dalam negeri, katanya, kala itu.

Nah, setelah Inpres, ada lagi Keputusan Presiden No 42 tahun 1996 yang menyebutkan kelahiran mobnas perlu disokong bantuan.

Salah satu butirnya, mobil yang diproduksi di luar negeri oleh Tenaga Kerja Indonesia dan memenuhi kandungan lokal, sama derajatnya dengan mobnas buatan dalam negeri.

Anehnya, mobil itu bukan menjadi sesuatu yang bernilai nasionalisme bagi bangsa kita. Gugur dengan sendirinya, seiring lengsernya Pak Harto.

Mungkin, bangsa kita memang menikmati keterlambatan merakit nasionalisme di zaman ultra nasionalis saat ini.

Kita pun terlambat punya ikon otomotif yang membanggakan, kecuali sebagai importir yang dibanjiri oleh mobil mewah. Bahkan mobil berkelas jetset seperti Jaguar, Chrysler, Bentley, banyak berkeliaran di jalan raya Jakarta.

Beruntung, mobil Esemka Bima telah memulai debutnya di Sambi, Boyolali, Jawa Tengah. Selain kendaraan niaga ringan, Esemka memiliki prototipe Garuda 1, Rajawali 1, double cabin berpenggerak listrik. Sayangnya, kemasan acara peresmian, hanya biasa-biasa saja.

Kembakli ke kunjungan balasan Jokowi ke Malaysia baru-baru ini. Sebenarnya, kunjungan untuk membicarakan masalah WNI yang banyak bekerja sebagai TKI di negeri jiran.

Masalah lain, yaitu membahas persoalan kelapa sawit, di mana Indonesia dan Malaysia merupakan produsen sawit terbesar di dunia.

Tapi, apa benefit kunjungan Jokowi yang didapat Malaysia, berkat kecanggihan tim PR-nya? Nama Proton lebih akrab di telinga kita.

Padahal seharusnya, bila mobil Esemka dan Timor benar-benar ada, Presiden Jokowi dapat memperkenalkannya ke mancanegara melalui Tun Mahathir.

Bukan naik mobil golf membawa Mahathir saat di Istana Bogor. Itupun kalau tim PR pemerintah kita benar-benar out of the box cara berpikirnya. (R Mulia Nasution, jurnalis senior yang pernah bergiat menulis puisi, cerita pendek, novel, opini. Novelnya "Rahasia Tondi Ayahku" (Satria 2012,321 hal). Ia pendiri Cikini Studi yang bergerak di bidang kajian ekonomi dan sosial-politik)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com