Namun, kratom juga dapat menyebabkan kolestasis intrahepatic atau kondisi yang memengaruhi alirang empedu hati, kejang, aritmia, mengganggu fungsi memori, hingga kematian.
Kratom pun mempunyai dampak psikologis, seperti memicu euphoria dan perasaan rileks terhadap gejala yang parah, seperti agresi, permusuhan, dan psikosis.
Tanaman yang banyak ditemukan di Kalimantan ini juga dapat menyebabkan poliuria atau memicu produksi urine sehingga membuat pengonsumsi sering buang air kecil, kejang, mulut kering, dan muntah.
Kratom yang dikonsumsi secara rutin dapat menimbulkan ketergantungan dan adiksi, dan mempunyai efek seperti narkotika.
Bahkan, pengguna yang mencoba menghentikan penggunaan kratom dapat mengalami gejala anoreksia, nyeri, kejang otot, nyeri tulang dan sendi, mata atau hidung berair, demam, nafsu makan berkurang, diare, halusinasi, delusion, mental confusion, gangguan emosional, serta insomnia.
Baca juga: Manfaat dan Efek Kratom, Pohon Asal Kalimantan yang Akan Dilarang BNN
Pakar adiksi di Institute of Mental Health Addiction and Neutoscience Jakarta, dr Hari Nugroho MsC menyampaikan, kratom berasal dari Asia Tenggara yang merupakan pohon tropis.
Nama lain tanaman ini mempunyai nama lain, di antaranya ketum, biak, kakuam, ithang dan thom.
Di Indonesia, tanaman ini memang paling banyak ditemukan di wilayah Kalimantan.
Menurut Hari, tanaman ini jarang ditemukan di daerah lain di Indonesia.
Kratom biasanya tumbuh di dekat sungai.
Kratom sering digunakan sebagai tanaman perdu guna menjaga lahan dan menahan tanah longsor pada aliran sungai.
Bahkan, tanaman ini telah masuk pasar internasional dengan diekspor ke luar negeri.
Di Kalimantan, tanaman ini tak hanya berasal dari hutan, namun juga dibudidayakan.
Disebutkan, di Thailand dan Malaysia, tanaman ini dijadikan bahan membuat kosmetik.
Kratom tumbuh setinggi 4 hingga 16 meter. Daun tanaman ini mempunyai lebar melebihi telapak tangan orang dewasa.