Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Fakta Kratom, Bikin Kecanduan hingga Legalitas di Berbagai Negara

Pasalnya, Badan Narkotika Nasional (BNN) berencana menaikkan tanaman ini menjadi obat-obatan terlarang Golongan I.

Bukan hanya di Kalimantan, tanaman ini juga dipakai sebagai obat di beberapa negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, dan Myanmar.

Bahkan, dalam sebuah kajian ilmiah, di Thailand bagian selatan dan Malaysia bagian utara, kratom telah dikonsumsi masyarakat.

Lantas, bagaimana sebenarnya tanaman ini?

1. Efek Kratom

Tanaman kratom dipercaya membantu mengurangi rasa sakit, mencegah kelelahan, membuat rileks, dan membuat pecandu opium dapat berhenti.

Para pakar dari Universitas Tanjungpura, Pontianak, Sri Luliana dan rekannya, melakukan penelitian daun kratom dapat mengurangi rasa nyeri atau efek antinosiseptif yang dikandungnya kepada mencit jantan Swiss.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kratom mempunyai aktivitas antinosiseptif atau pereda rasa nyeri.

Selain itu, daun kratom mengandung metabolit sekunder golongan alkaloid, flacanoid, steroid atau terpenoid, fenol, dan saponin.

Disebutkan juga, daun kratom mengandung metabolit sekunder golongan alkaloid, steroid atau terpenoid, dan saponin.

Saat dikonsumsi, daun kratom mempunyai senyawa yang dapat menimbulkan efek psikotropik mirip dengan opioid dan stimulan.

Dua senyawa dalam daun kratom, yaitu mitragynine dan 7-hydroxymitragynine berinteraksi dengan reseptor opioid di otak, menghasilkan kesenangan dan mengurangi rasa sakit jika mengonsumsi dalam jumlah besar.

Mitragynine juga berinteraksi dengan sistem reseptor lain di otak dan menghasilkan efek stimulan.

2. Membuat candu

Studi Manfaat Biokimia, Diagnosis, dan Evaluasi Risiko Klinis Kratom dalam National Center of Biotechnology Information (NCBI) menemukan, efek samping tergantung pada dosis pemakaian.

Kratom memang mempunyai efek stimulan, obat penenang, dan pengurang rasa nyeri.

Namun, kratom juga dapat menyebabkan kolestasis intrahepatic atau kondisi yang memengaruhi alirang empedu hati, kejang, aritmia, mengganggu fungsi memori, hingga kematian.

Kratom pun mempunyai dampak psikologis, seperti memicu euphoria dan perasaan rileks terhadap gejala yang parah, seperti agresi, permusuhan, dan psikosis.

Tanaman yang banyak ditemukan di Kalimantan ini juga dapat menyebabkan poliuria atau memicu produksi urine sehingga membuat pengonsumsi sering buang air kecil, kejang, mulut kering, dan muntah.

Kratom yang dikonsumsi secara rutin dapat menimbulkan ketergantungan dan adiksi, dan mempunyai efek seperti narkotika.

Bahkan, pengguna yang mencoba menghentikan penggunaan kratom dapat mengalami gejala anoreksia, nyeri, kejang otot, nyeri tulang dan sendi, mata atau hidung berair, demam, nafsu makan berkurang, diare, halusinasi, delusion, mental confusion, gangguan emosional, serta insomnia.

3. Asal Kalimantan

Pakar adiksi di Institute of Mental Health Addiction and Neutoscience Jakarta, dr Hari Nugroho MsC menyampaikan, kratom berasal dari Asia Tenggara yang merupakan pohon tropis.

Nama lain tanaman ini mempunyai nama lain, di antaranya ketum, biak, kakuam, ithang dan thom.

Di Indonesia, tanaman ini memang paling banyak ditemukan di wilayah Kalimantan.

Menurut Hari, tanaman ini jarang ditemukan di daerah lain di Indonesia.

Kratom biasanya tumbuh di dekat sungai.

4. Tanaman perdu

Kratom sering digunakan sebagai tanaman perdu guna menjaga lahan dan menahan tanah longsor pada aliran sungai.

Bahkan, tanaman ini telah masuk pasar internasional dengan diekspor ke luar negeri.

Di Kalimantan, tanaman ini tak hanya berasal dari hutan, namun juga dibudidayakan.

Disebutkan, di Thailand dan Malaysia, tanaman ini dijadikan bahan membuat kosmetik.

5. Mirip teh hijau

Kratom tumbuh setinggi 4 hingga 16 meter. Daun tanaman ini mempunyai lebar melebihi telapak tangan orang dewasa.

Sekitar 300.000 petani di Kalimantan berpencaharian sebagai petani kratom.

Bobot daun kratom yang dikeringkan akan menyusut sepersepuluh.

Daun kering ini dibentuk menjadi remahan, sehingga mirip daun teh hijau kering.

6. Konsumsi

Dalam publikasi National Institute on Drug Abuse (NIDA), di Amerika Serikat, tanaman kratom bukan zat ilegal dan dapat dibeli secara online.

Di Amerika, kratom terkadang dijual sebagai bubuk hijau dengan paket berlabel “bukan untuk konsumsi manusia”.

Selain dalam bentuk bubuk hijau, kratom juga dijual sebagai ekstrak atau permen karet.

Kratom dapat dikonsumsi dalam bentuk pil, kapsul, atau ekstrak, walaupun ada juga yang mengonsumsinya dengan mengunyah, hingga menyeduh daun kering atau bubuknya sebagai teh.

7. Legalitas

Di Thailand, kratom menjadi produk legal selagi dipakai dalam dunia medis.

Sementara, Amerika Serikat menyerahkan keputusan kelegalan kratom ke setiap pemerintah federal, di mana tanaman ini legal di 43 negara bagian.

Tapi, badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) memberlakukan pengiriman kratom ke negara ini dapat disita. FDA memberikan imbauan agar tak mengonsumsi kratom karena khawatir akan disalahgunakan dan memberi dampak kecanduan.

Sejumlah negara di Eropa, seperti Denmark, Finlandia, Irlandia, Latvia, Lithunia, Polandia, Rumania, dan Swedia menyatakan kratom masuk dalam zat atau obat terlarang.

Sedangkan, di Austria, mengonsumsi kratom diperbolehkan dan menjadi perbuatan legal.

Di Swiss, kratom tak boleh dikonsumsi atau digunakan sebagai produk pewarna atau dupa.

Jerman tak memperbolehkan kratom dikonsumsi manusia, namun masih mengijinkan jika digunakan sebagai produk pewarna.

Sumber: KOMPAS.com (Gloria Setyvani P/Ellyvon Pranita/Rosiana Haryanti)

https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/03/053000965/7-fakta-kratom-bikin-kecanduan-hingga-legalitas-di-berbagai-negara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke