Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Angka Kelahiran Menurun, Kota di Korea Selatan Gelar Perjodohan Massal

Dikutip dari Reuters, Senin (27/11/2023) sekitar 100 pria dan wanita berusia sekitar 20-30 tahun mengikuti acara yang diadakan di sebuah hotel dekat Seoul tersebut.

Mereka yang mengikuti kencan buta ini diminta untuk duduk bersebelahan dengan peserta lawan jenis. Acara kemudian dimulai dengan acara permainan gunting-batu-kertas.

Dengan dibimbing seorang pelatih hubungan, acara pun berlangsung dengan seru penuh dengan obrolan dan tawa.

Peserta ini kemudian disiapkan berbagai permainan, disajikan anggur merah, dan coklat.

Peserta juga disiapkan layanan rias secara gratis, hingga pemeriksaaan latar belakang bagi para lajang yang berpartisipasi.

Diklaim diminati banyak pelamar

Korea Selatan menghadapi penurunanan angka kelahiran akibat kurang populernya pernikahan dan menurunnya antusiasme untuk menjadi orang tua.

Namun di sisi lain, ternyata peminat acara perjodohan massal tersebut diklaim mencapai ribuan peserta.

Lee Yu-mi (36) seorang pegawai pemerintahan menyebutkan, ia harus mendaftar hingga tiga kali sampai akhirnya bekesempatan mengikuti acara ini.

"Saya tidak menyangka kompetisi ini akan sekompetitif ini," katanya.

Seorang warga lain, Hwang Da-bin yang mengikuti acara ini pada bulan September menyebutkan, acara ini membuatnya berhemat karena tak perlu mengikuti acara sosial lainnya maupun mendaftar ke agen kencan profesional.

“Kita sedang menghadapi krisis demografi yang nyata dan pemerintah perlu melakukan apa pun yang bisa dilakukan,” kata Hwang.

Tahun ini, ada lima putaran acara perjodohan yang diadakan. Dari total 460 orang peserta 198 orang berakhir sebagai pasangan yang setuju untuk berkenalan lebih lanjut dengan saling bertukar kontak.

Diketahui, tingkat kesuburan di Korea Selatan turun ke level terendah di level 0,78 pada tahun 2022. Angka ini dinilai yang tersuram bagi Korea Selatan.

Angka ini bahkan berada di bawah Amerika Serikat yang berada di angka 1,66, dan Jepang 1,3.

Upaya perjodohan yang dilakukan pemerintah ini menerima beragam pro dan kontra.

Seorang profesor di Departemen Kesejahteraan Sosial di Universitas Wanita Seoul menyebutkan upaya ini tidak akan berdampak pada angka kelahiran yang lebih tinggi.

“Anda perlu mengeluarkan lebih banyak uang secara langsung untuk mendukung kehamilan, persalinan dan mengasuh anak untuk menyebut membuat kebijakan untuk meningkatkan angka kelahiran,” kata Jung.

Namun, Wali kota Seongnam Shin Sang-jin membela acara ini dan mengatakan perlunya menyebarkan pandangan positif mengenai pernikahan agar orang-orang tertarik.

Pandangan yang positif soal menikah menurutnya akan membantu meningkatkan angka kelahiran.

Ia juga menekankan, kencan buta hanya salah satu dari banyak kebijakan yang diluncurkan kotanya sebagai upaya mengatasi krisis demografi.

“Angka kelahiran yang rendah tidak dapat diselesaikan dengan satu kebijakan saja. Ini juga merupakan tugas pemerintah kota untuk menciptakan lingkungan bagi orang-orang yang ingin menikah menemukan pasangannya,” kata Shin.

Ibu Kota Korea Selatan, Seoul sebenarnya juga telah mempertimbangkan akan meniru dan mengadakan acara serupa.

Akan tetapi, rencana itu akhirnya ditunda karena banyaknya kritikan. Para pengkritik menilai acara ini hanya membuang-buang uang pajak yang dibayarkan masyarakat.

Tak sedikit yang menilai upaya ini hanya sia-sia karena gagal mengatasi penyebab paling dasar mengapa seseorang memutuskan untuk tidak menikah dan memiliki anak, di antaranya soal tingginya biaya beli rumah dan pendidikan.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/11/30/103000565/angka-kelahiran-menurun-kota-di-korea-selatan-gelar-perjodohan-massal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke