Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dikenal sebagai Guru dan Filsuf, Berikut Biografi Singkat Konfusius

KOMPAS.com - Konfusius dikenal sebagai guru, filsuf, dan ahli teori politik paling populer di China, yang gagasannya memengaruhi peradaban China dan negara-negara di Asia Timur.

Filsuf yang memiliki nama asli Kongqiu ini lahir di dekat Qufu, China Timur, pada 551 SM.

Pemikirannya dikenal sebagai Konfusianisme, yang banyak memengaruhi kebudayaan China sampai dengan hari ini.

Konfusius mengajarkan tentang pentingnya hidup yang baik serta keseimbangan moral dalam diri yang berhubungan langsung dengan kehidupan di dunia.

Kehidupan Konfusius

Dilansir dari Britannica, Konfusius tinggal di wilayah Lu, sebuah negara bagian di China timur di tempat yang sekarang menjadi provinsi Shandong tengah dan barat daya.

Menurut beberapa laporan, leluhur awal Konfusius adalah keluarga Kong, sebuah keluarga aristokrat yang menghasilkan beberapa penasihat terkemuka bagi para penguasa Song.

Namun, pada pertengahan abad ke-7 SM , keluarga tersebut kehilangan posisi politik dan sebagian besar kekayaannya.

Ayah Konfusius, Shu-liang He, adalah mantan seorang pejuang dan bertugas sebagai pengurus distrik di Lu. Ia meninggal segera setelah Konfusius lahir.

Konfusius menunjukkan semangat belajarnya sejak dini. Dia belajar musik, matematika, klasik, sejarah, dan banyak bidang lainnya.

Dia juga sangat terpesona oleh tahun-tahun awal Dinasti Zhou (1046–256 SM), masa damai yang dia anggap sebagai zaman keemasan untuk ditiru.

The Analects

The Analects adalah karya yang paling erat kaitannya dengan Konfusius. Ini adalah catatan hidupnya dalam fragmen, dikumpulkan menjadi 20 bagian.

Bagian-bagian tersebut berisi uraian tentang karakter, tingkah laku, dan saat-saat hidupnya di pengasingan atau di rumahnya di Lu.

Ada juga sedikit percakapan yang dia lakukan dengan murid-muridnya dan orang lain yang dia kenal, serta komentar yang diucapkan dengan suaranya tetapi sering kali tanpa konteks.

The Analects kemungkinan terbentuk dalam abad pertama setelah kematian Konfusius. Bukti material ditemukan pada tahun 1973 yang ditulis pada potongan bambu.

Secara sederhana, karya ini dapat disebut sebagai konsep etika dari kumpulan kata-kata Konfusius yang direkam oleh murid-muridnya.

Dilansir dari National Geographic, Konfusius percaya bahwa pendidikan dan refleksi mengarah pada kebajikan.

Mereka yang bercita-cita untuk memerintah orang lain harus menumbuhkan disiplin dan otoritas moral dalam diri mereka sendiri.

Dia memperjuangkan hal itu dengan cara masuk melalui jajaran pemerintahan, dan memperbaikinya dari dalam.

Namun, pada akhirnya, Konfusius justru menemukan kesuksesan yang jauh lebih besar sebagai seorang guru.

Konfusius memutuskan tradisi dengan keyakinannya bahwa semua manusia dapat memperoleh manfaat dari pendidikan.

Dia mendukung pembelajaran seumur hidup "demi diri sendiri", yang berarti pengetahuan tentang diri sendiri dan peningkatan diri.

Menyebarkan kebijaksanaan

Ketika dia meninggal pada tahun 479 SM, dia meninggalkan sekitar 3.000 siswa, yang mengabdikan diri untuk melestarikan dan menyebarkan ajaran guru mereka.

Ajaran Konfusius dengan antusias diadopsi sebagai ideologi negara China oleh dinasti Han pada abad kedua sebelum masehi.

The Analects terus membimbing pemerintah dan individu selama ribuan tahun, menginformasikan dan memengaruhi sejarah dan peradaban China dalam prosesnya.

Sebagaimana dinyatakan dalam The Analects, Konfusius percaya bahwa keharmonisan sosial secara alami akan mengikuti keteraturan individu yang tepat.

Oleh karena itu, dia menekankan penanaman kualitas pribadi seperti kebajikan, timbal balik, dan bakti sebagai hal yang penting.

Ini demi pembentukan individu yang berpendidikan dan teliti yang akan bermanfaat bagi masyarakat melalui pelayanan publik.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/12/164500565/dikenal-sebagai-guru-dan-filsuf-berikut-biografi-singkat-konfusius

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke