Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peradaban Karangan Bunga

Dalam perkembangan kemudian, karangan bunga merangsek masuk ke ranah politik terutama menjelang dan setelah masa kampanye pemilu. Bahkan akhir-akhir ini, karangan bunga menyelinap masuk ke ranah hukum untuk memengaruhi polisi melakukan penangkapan, jaksa melakukan penuntutan, dan hakim menjatuhkan vonis.

Contoh termutakhir adalah karangan-karangan bunga yang dikirim ke kantor polisi demi memengaruhi aparat keamanan agar segera menangkap A yang dianggap terlibat, bahkan biang keladi pada kasus B, dan kawan-kawan menganiaya C. Karangan bunga menjadi alat bagi masyarakat untuk main hakim sendiri.

Semua itu merupakan fakta tak terbantahkan bahwa di masa kini karangan bunga sudah menjadi bagian hakiki yang melekat pada bukan hanya pada kebudayaan tetapi sudah pada peradaban bangsa, negara, dan rakyat Indonesia.

Bahkan, di samping menjadi bentuk peradaban, ternyata karangan bunga juga sudah menjadi komoditas industri. Sebagai bentuk peradaban, dengan sendirinya kirim-mengirim karangan bunga tidak bisa lepas dari pro dan kontra.

Pihak yang kontra menilai peradaban karangan bunga merupakan manifestasi gaya hidup konsumtif sebagai bagian dari aliran hedonisme melakukan pemborosan dana yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Sebab, pada halikatnya pengiriman karangan bunga bukan berdasarkan kebutuhan apalagi kebutuhan primer yang secara kodrati yang harus dipenuhi.

Karangan bunga juga menjadi indikasi kesenjangan sosial sebab tidak semua orang mampu membayar jasa pembuatan serta pengiriman karangan bunga. Karangan bunga menjadi lambang status sosial.

Pihak yang pro meyakini peradaban karangan bunga merupakan bagian melekat pada yang disebut sebagai ekonomi kreatif. Meski sebenarnya, sukma segenap perilaku ekonomi pada hakikatnya bersifat kreatif .

Namun yang harus diakui bahwa tradisi kirim-mengirim karangan bunga membuka lapangan kerja untuk mencari nafkah bagi para perajin karangan bunga maupun para pelaku jasa pengiriman karangan bunga. Hal itu  juga secara langsung melibatkan para pekebun bunga sampai ke pabrik pupuk kebun bunga, maupun produsen pestisida kebun bunga.

Peradaban karangan bunga di masa kini sudah menjadi industri yang potensial menggerakkan dana masyarakat dalam kualitas maupun kuantitas yang besar. Bagi yang tidak percaya betapa besar potensi industrial peradaban karangan bunga silakan membayangkan bencana gempa ekonomi yang akan terjadi bila mendadak pemerintah mengeluarkan larangan terhadap tradisi kirim-mengirim karangan bunga.

Selain itu, fakta membuktikan bahwa peradaban karangan bunga sudah sedemikian rupa mendarah-daging ke kehidupan masyarakat, sehingga ada yang menganggap jumlah karangan bunga sebagai status sosial untuk mengukur gengsi sang penerima karangan bunga.

Makin mahal harga karangan bunga, makin tinggi pamor yang mengirim maupun yang menerima. Bahkan ada yang sedemikian fanatik terhadap pamor terkait jumlah karangan bunga, sampai tidak segan mengirim karangan bunga kepada dirinya sendiri.

Pada hakikatnya, peradaban karangan bunga memiliki potensi daya luar biasa dalam menggerakkan mekanisme ekonomi secara makro maupun mikro. Praktik itu secara ekonomi sangat berpengaruh terhadap masyarakat adil dan makmur yang hidup sejahtera di negeri gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/13/084938965/peradaban-karangan-bunga

Terkini Lainnya

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Tren
UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Tren
Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Tren
Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke