Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Muncul Istilah "Haradukuh" di Tengah Deru Citayam Fashion Week, Apa Itu?

Sejumlah artis, influencer, hingga jajaran pejabat juga mulai berdatangan ke Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Mereka berbondong-bondong mendatangi kawasan tersebut untuk beradu gaya dan berpakaian nyentrik.

Citayam Fashion Week melahirkan banyak hal baru. Selain bermunculannya tren urban street fashion di kota-kota lain, Citayam Fashion Week juga melahirkan istilah baru, yaitu "Haradukuh".

Istilah ini ramai diperbincangkan oleh warganet sejak digunakan oleh akun ini. Saat itu, akun tersebut mengunggah twit yang berisi capture percakapan pribadinya melalui Twitter (18/7/2022).

Dalam postingannya, pengunggah menggunakan istilah Haradukuh ketika membicarakan soal anak-anak di Citayam Fashion Week.

Lantas, apa itu Haradukuh?

Apa itu Haradukuh?

Istilah Haradukuh merupakan plesetan dari kata Harajuku, yaitu sebuah distrik di Shibuya, Tokyo, Jepang.

Penggunaan istilah tersebut muncul lantaran fenomena di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat itu mirip dengan apa yang telah terjadi di Harajuku yang notabene pusat fesyen ikonik di Jepang.

Dilansir dari Kompas.com (15/7/2022), salah satu media fesyen Jepang, Tokyo Fashion, bahkan pernah ikut menyoroti fenomena Citayam Fashion Week.

Media tersebut mengapresiasi cara berekspresi anak-anak muda di Indonesia melalui adu gaya di Citayam Fashion Week. Bahkan, Tokyo Fashion meminta sejumlah situs dan akun street snap di Indonesia untuk mendokumentasikan dan mendukung hobi baru remaja dari Citayam ini.

Menurutnya, media sosial bisa menjadi wadah yang tepat untuk mempromosikan tren tersebut.

Kemiripan dengan Harajuku

Tokyo Fashion membandingkan kemunculan Citayam Fashion Week dengan kelahiran street fashion Harajuku di kawasan di sekitar Distrik Shibuya, Tokyo.

Saat itu, kehadiran street fashion Harajuku awalnya dianggap nyeleneh dan tidak dihargai oleh masyarakat setempat. Di mana, hal serupa juga terjadi pada Citayam Fashion Week di awal kemunculannya.

Kendati demikian, gaya Harajuku lama-kelamaan diterima dan bahkan menjadi kiblat untuk para penggemarnya dari seluruh dunia.

Hingga saat ini, masyarakat di Jepang terbiasa hidup berdampingan dengan orang-orang yang bergaya ala Harajuku.

Bahkan, kepopuleran Harajuku semakin bertahan sejak adanya mahasiswa dari perguruan tinggi jurusan mode dan kecantikan di Tokyo yang melibatkan anak-anak Harajuku ke dalam proyek mereka.

Sejarah Harajuku

Dilansir dari japannakama.co.uk, gaya streetwear di Harajuku tidak lepas dari pengaruh budaya Amerika Serikat pasca-Perang Dunia II.

Saat itu, perumahan bagi pasukan Amerika Serikat didirikan di Taman Yoyogi Harajuku. Akibatnya, kawasan tersebut tumbuh dengan penggabungan antara gaya Amerika dan aroma khas Jepang.

Budaya tersebut semakin berkembang dan membuat kawasan tersebut terlihat berbeda dibandingkan dengan kota lainnya.

Popularitas Harajuku juga tumbuh di kalangan desainer dan model yang ingin tinggal di sana. Mereka mengubah daerah Harajuku menjadi distrik mode. Akibatnya, semakin banyak individu dari kelas menengah atas yang berpindah ke Harajuku.

Pada 1966, tren Harajuku yang dikenal sebagai Harajuku-zoku mulai berkembang. Tren ini didefinisikan oleh mahasiswa dari strata sosial menengah.

Sejumlah kawasan seperti Omotesando, Taman Yoyogi, dan Takeshita mulai dipadati anak muda dengan fesyen Harajuku. Hal itu menyita perhatian turis yang berkunjung ke lokasi tersebut.

Pemandangan serupa juga tengah terjadi di Citayam Fashion Week. Didongkrak dengan konten di TikTok yang viral, kawasan Dukuh Atas menjadi lokasi yang kerap dikunjungi anak muda.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/25/200500065/muncul-istilah-haradukuh-di-tengah-deru-citayam-fashion-week-apa-itu-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke