Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pandemi Belum Usai, Epidemiolog: China Lockdown, Belum Lagi Eropa...

KOMPAS.com - Kasus Covid-19 di Indonesia memang tengah melandai, namun kewaspadaan kita harus tetap terjaga, tidak boleh abai.

Pada Kamis (11/11/2021) hingga pukul 12.00 WIB, pemerintah Indonesia melaporkan penambahan 435 kasus baru Covid-19.

Dengan pasien sembuh bertambah 470 orang, dan pasien meninggal bertambah 16 pasien.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Ari Fahrial Syam mengingatkan agar masyarakat tidak lengah kendati kasus melandai.

"Ya masyarakat tetap waspada, apalagi di negara lain kasus varian Covid-19 Delta Plus meningkat, pintu-pintu masuk harus dijaga," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/11/2021)

Masyarakat, imbuhnya, harus tetap memakai masker yang menutup mulut hingga hidung sesuai dengan ketentuan.

"Ya jika bertemu tetap pakai masker yang tertutup sesuai ketentuan. Harus tetap waspada," imbuh dia.

Terpisah, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, memang betul kasus Covid-19 di Indonesia tengah melandai.

Namun, Dicky mengingatkan, nyatanya pandemi Covid-19 masih belum berakhir sehingga masyarakat tak boleh abai.

"Saat ini jauh lebih melandai daripada periode Juli-Agustus lalu, tapi nyatanya pandemi belum berakhir," katanya kepada Kompas.com, Kamis.

Bahkan, menurut Dicky, beberapa negara di dunia saat ini sedang dihantam gelombang ketiga Covid-19. Mulai dari Asia hingga Eropa.

"China sekarang sedang lockdown karena banyaknya kasus delta, belum lagi Eropa. Ini adalah satu hal yang tadinya tidak kita sangka ketika cakupan vaksinasi sudah banyak, bahkan kalau bicara China, sudah 1 miliaran orang sudah divaksin ," kata Dicky.

Menurutnya, selama semua negara di dunia belum mencapai level proteksi imunitas yang hampir sama, artinya kita semua akan sangat rawan.

"Dan kerawanan ini akan semakin besar kalau kita abai, pemerintah abai 3T-nya, masyarakat abai 5M-nya," tandas Dicky.

Sebelummya diberitakan, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, tren kasus Covid-19 di dunia masih mengalami peningkatan.

Oleh karenanya, Jokowi mengajak masyarakat belajar dari penyebab kenaikan kasus Covid-19 secara global itu.

"Tren kenaikan kasus itu masalahnya ada pada tiga hal. Pertama, relaksasi yang terlalu cepat dan tidak melalui tahapan-tahapan," ujar Jokowi.

"Kedua, lanjut dia, prokes yang tidak disiplin lagi, misalnya kebijakan lepas masker di sejumlah negara. Ketiga, pembelajaran tatap muka di sekolah," tuturnya.

Untuk mengantisipasi tren kenaikan kasus Covid-19, Jokowi menekankan agar kepala daerah dan semua elemen masyarakat berhati-hati terhadap ketiga hal tersebut.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/11/12/065300765/pandemi-belum-usai-epidemiolog--china-lockdown-belum-lagi-eropa-

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke