Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Epidemiolog Peringatkan Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia, seperti Apa?

Dicky Budiman dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University di Australia mengungkapkan, gelombang ketiga corona sangat mungkin terjadi.

Kemungkinan ini didasarkan pada fakta bahwa mayoritas masyarakat Indonesia belum memiliki imunitas untuk melawan infeksi virus. Ini dipengaruhi tingkat vaksinasi yang masih cukup rendah.

“Dalam artian imunitas itu dari vaksin, vaksinasi dosis penuh, apapun vaksinnya. Ini kan 80 persenan (masyarakat) masih rawan karena belum mendapat vaksin,” kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/9/2021).

Lalu, seperti apa gambaran gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Indonesia?

1. Diprediksi terjadi pada Desember 2021

Potensi gelombang ketiga infeksi bersifat dinamis. Semula, Dicky memprediksi akan terjadi pada Oktober.

"Tapi ini berubah lagi, mundur lagi, jadi Desember. Desember pun gelombangnya menurun juga, merendah, nggak sebesar seperti prediksi sebelumnya,” tutur dia.

Ia memaparkan, ini disebabkan adanya intervensi yang dilakukan seperti PPKM yang diperpanjang lebih diperkuat.

“Prediksi-prediksi ini tidak statis, dinamis banget. Artinya semakin kita konsisten, semakin disiplin dalam memberikan intervensi, termasuk capaian vaksinasi, ini akan membuat potensi (gelombang ketiga) itu semakin jauh atau mengecil tapi tetap ada, jauh mengecil,” tambah dia.

Sementara saat ini, Dicky mengatakan, dalam prediksi terakhir sesuai dengan perkembangan situasi terkini mundur ke Desember.

Potensi gelombang ketiga pandemi Covid-19 sebenarnya sudah disampaikan oleh Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (14/9/2021).

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, sejumlah negara tengah menghadapi gelombang ketiga tersebut.

Tiga gelombang pandemi dunia masing-masing terjadi pada Januari 2021 sebagai puncak pertama.

Lalu puncak gelombang kedua terjadi pada April 2021.

Berikutnya pada Agustus-September 2021 sebagai puncak gelombang ketiga.

Sementara itu, Indonesia baru mengalami dua kali gelombang pandemi.

"Kita harus waspada dan tetap disiplin protokol kesehatan agar kita tidak menyusul third wave atau lonjakan ketiga dalam beberapa bulan ke depan," kata Wiku.

2. Waspada varian baru Covid-19

Tak hanya varian Delta, tetapi juga varian Alpha maupun varian lain yang dapat membuat kondisi rentan dan mendorong potensi terjadinya gelombang ketiga infeksi.

Dicky menuturkan, adanya varian-varian baru Covid-19 juga sangat rawan memunculkan kembali gelombang ketiga.

“Ini yang harus dipahami dan tidak ada negara yang meskipun vaksinasinya sudah lebih dari 60 persen bisa menghindari gelombang ketiga, sulit,” ujar dia.

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, varian baru virus Corona Mu atau B.1.621 memiliki sifat resisten terhadap vaksin Covid-19.

"Tetapi di dalam konteks laboratorium, bukan epidemologi," kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, dikutip dari Kompas.com, Senin (6/9/2021). 

Meski demikian, sejumlah negara di Asia Tenggara belum melaporkan deteksi adanya varian Mu, termasuk Indonesia. Saat ini, varian Delta mendominasi di seluruh dunia karena memiliki karakter penularan yang lebih cepat dari varian lainnya.

"Beberapa tempat di sekitar kita varian mu ini belum terdapat, kita sudah melakukan genom sequencing terhadap 7.000-an orang di seluruh Indonesia dan belum terdeteksi varian Mu," ujar dia.

Dante pun berharap varian Mu bersifat abortif alias tidak berkembang atau berhenti bermutasi, seperti varian Corona Lambda.

3. Tak sebesar gelombang kedua, asalkan...

Meski begitu, Dicky berharap jika gelombang ketiga infeksi corona tidak sebesar gelombang sebelumnya.

“Kecuali kalau ada varian yang jauh lebih hebat atau setidaknya seperti varian Delta, itu bisa sama (gelombang infeksinya),” tutur dia.

Gelombang ketiga tak sebesar gelombang kedua asalkan antisipasi dilakukan. Yakni dengan memperketat pintu-pintu masuk ke Indonesia.

Selain itu, perlunya upaya karantina yang memadai, setidaknya selama 7 hari bagi pendatang yang telah divaksinasi secara penuh dan hasil tes PCR negatif.

Sedangkan karantina lebih ketat, yakni selama 14 hari bagi pendatang yang belum divaksinasi dengan PCR negatif.

4. Menerapkan prokes Covid-19 dan 3T

Sementara antisipasi di dalam negeri dapat dilakukan dengan 3T (testing, tracing, tracking, menerapkan protokol kesehatan (5M), percepatan vaksinasi, dan pembatasan kegiatan masyarakat.

“PPKM berlevel tetap dilakukan. Harapannya PPKM yang diterapkan level 1 dan level 2. Artinya semua berupaya agar level pandemi kita terkendali atau membaik. (Tentunya) dengan peran semua pihak,” papar Dicky.

Sayangnya meskipun positivity rate rendah, tapi testing, tracing, dan tracking yang dilakukan masih rendah. Hal ini menjadi satu hal yang perlu diwaspadai.

“Karena berarti kemampuan kita mendeteksi kasus-kasus di masyarakat menjadi tinggi. Sudah dicapai (nilai standar) dari WHO, itu tidak dijamin,” kata Dicky.

Kecukupan testing, seharusnya mengikuti ekskalasi pandemi.

“Misalnya ada terkonfirmasi 1.000 kasus positif, harus ada tracing minimal 1.000 x 15 (orang), itu minimal. Karena WHO juga menyarankan (tracing ke) 30 orang. Nah ini harus dilakukan,” ujarnya.

Dicky menegaskan, seharusnya juga dilakukan penelusuran lebih lanjut dalam bentuk tracking, seperti kontak kasus level 2 atau level 3.

“Saat ini belum (dilakukan), dan menempatkan posisi Indonesia sangat rawan terjadi (gelombang ketiga),” jelas dia.

5. Mengawasi orang yang sudah divaksin

Untuk mencegah varian baru, pengawasan terhadap genom-genom virus harus ditingkatkan. Ini penting untuk mendeteksi keberadaan varian baru dan potensi, tren, atau progres penyebaran dari jenis virus baru.

Adapun kasus-kasus orang yang telah divaksinasi tapi terpapar virus juga harus menjadi perhatian, dengan dilakukan pemeriksaan genom.

Dicky menegaskan, adanya peningkatan status yang lebih baik tidak dapat dijadikan dasar untuk melakukan apapun.

“Pandemi masih belum selesai, ini yang harus disadari masyarakat,” papar dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Haryanti Puspa, Mela Arnani | Editor: Rendika Ferri Kurniawan, Icha Rastika)

https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/19/165500665/epidemiolog-peringatkan-gelombang-ketiga-covid-19-di-indonesia-seperti-apa

Terkini Lainnya

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke