Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Remaja Tewas karena Challenge Adang Truk, Ini Kata Psikolog

KOMPAS.com - Kecelakaan akibat tantangan yang sedang trending di kalangan remaja, yakni membuat video "mengadang truk yang sedang melaju di jalan raya" kembali terjadi.

Mengutip Kompas.com, Kamis (15/7/2021) sebuah video yang memperlihatkan seorang remaja laki-laki tewas akibat terlindas truk saat melakoni tantangan itu, viral di media sosial.

Remaja itu diketahui sedang mencoba menghentikan truk tronton yang melintas di tikungan, namun aksinya itu gagal dan membuatnya kehilangan nyawa.

Tantangan berbahaya tersebut kerap dilakukan oleh sekumpulan remaja atau bahkan anak di bawah umur demi mendapatkan rekaman video yang nantinya viral.

Pelaku tantangan akan dinilai berhasil, jika truk yang mereka hadang berhenti sebelum menabrak mereka.

Akan tetapi, kerap kali aksi memburu ketenaran itu berujung sia-sia dan pelakunya berakhir celaka atau meninggal. 

Fase mencari identitas

Menanggapi tren berbahaya yang berkembang di kalangan anak muda itu, psikolog Rose Mini Agoes Salim mengatakan, orang tua atau orang dewasa perlu memahami terlebih dulu alasan para remaja melakukan hal tersebut.

Menurut Romi, begitu ia akrab disapa, kecenderungan remaja untuk melakoni tantangan-tantangan yang berbahaya, seperti aksi mengadang truk, adalah untuk memenuhi kebutuhan akan identitas diri.

"Secara psikologis, anak remaja itu sedang mencari identitas diri. Sehingga mereka akan mencari tempat atau lahan untuk memperlihatkan eksistensinya. Nah kalau ada challenge seperti itu, itu seperti lahan untuk mereka menunjukkan eksistensinya," kata Romi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (17/7/2021).

Romi menduga, kemungkinan besar remaja yang melakoni tantangan-tantangan berbahaya semacam itu adalah mereka yang tidak memiliki prestasi di bidang akademis.

Sehingga, mereka mencoba menunjukkan eksistensinya di media sosial, dengan jalan melakukan tantangan yang berbahaya.


Menurut Romi, para remaja itu menganggap jika mereka berhasil melakoni tantangan itu, maka mereka akan lebih dikenal atau disegani di mata banyak orang.

"Orang-orang yang melakukan challenge itu, rata-rata memang ingin memasukkan ke konten, apakah YouTube, atau TikTok, atau yang kelihatan oleh orang banyak," ujar Romi.

Belum paham risiko

Romi mengatakan, upaya para remaja untuk mencari identitas itu tidak diimbangi dengan pengalaman hidup mereka yang masih sedikit.

Akibatnya, para remaja itu jadi kurang bisa memahami risiko yang akan dihadapi apabila melakoni tantangan-tantangan yang viral di media sosial.

"Risikonya tidak diperhitungkan. Sehingga yang penting bagi mereka itu viral, tapi enggak ada perhitungannya," kata Romi.

Terlebih lagi, apabila salah seorang di antara kumpulan remaja berhasil melakukan tantangan itu dan menjadi viral, maka teman-temannya yang lain juga akan tertantang untuk melakukan hal yang sama.

"Itu yang kemudian membuat ini menjadi lahan yang tidak benar untuk diperlombakan," ujar Romi.

Orang tua harus perhatian

Menurut Romi, kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya yang memasuki fase remaja menjadi salah satu pendorong mereka nekat mencari eksistensi di jalan yang salah.

"Biasanya itu kan kumpul dengan teman-temannya. Tidak ada sama sekali orang tua yang mengawasi, lingkungan yang mengawasi. Nah, anak-anak yang seperti ini memang kemudian jadi menaruh kepercayaannya kepada teman," kata Romi.

Untuk mencegah remaja mencari eksistensi dengan jalan berbahaya, menurut Romi, orang tua perlu memberikan lahan bagi pencarian identitas diri anak.

"Misalnya, diikutkan beladiri kemudian diperlombakan, atau kegiatan apa yang sesuai dengan minat atau ketertarikan anak. Jadi kalau dia tidak berprestasi di akademis, dia bisa mempunyai kesempatan untuk menunjukkan keahliannya di bidang lain," kata Romi.


Tidak membuat konten berbahaya

Tak hanya itu, menurut Romi, orang dewasa juga perlu mengambil kendali dengan tidak membuat konten-konten atau tantangan-tantangan yang berbahaya menjadi viral di media sosial.

"Kalau yang kayak gini (menghadang truk) bisa diviralkan, sebetulnya kemampuan anak-anak kalau di jalur yang benar untuk mengeksistensikan dirinya, harusnya bisa diviralkan juga," ujar Romi.

"Misalnya anak bisa sepatu roda. Kemudian dia bisa melakukan sebuah atraksi, itu bisa diviralkan. Atau misalkan anak bisa membersihkan rumah dengan cara yang cepat, dengan teknik apa, itu menurut saya itu bisa diviralkan," kata Romi melanjutkan.

Romi mengatakan, orang dewasa bisa memilih untuk memviralkan konten-konten yang aman dan mengandung unsur positif, sehingga tren berbahaya seperti menghadang truk itu tidak akan lagi ditiru oleh remaja.

"Yang kaya begini (menghadang truk) harusnya distop. Jangan dibuat jadi luar biasa. Karena yang dilihat sama anak-anak yang tidak punya pengalaman hidup ini, anak-anak remaja ini, adalah dia ingin dilihat oleh orang banyak, dia ingin dilihat eksistensinya," kata Romi.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/18/112000265/ramai-soal-remaja-tewas-karena-challenge-adang-truk-ini-kata-psikolog

Terkini Lainnya

Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

Tren
Film Vina dan Fenomena 'Crimetainment'

Film Vina dan Fenomena "Crimetainment"

Tren
5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

Tren
Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke