Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karakteristik Historiografi Kolonial

Kompas.com - 08/02/2024, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Historiografi adalah hasil karya dalam bentuk tulisan atau lisan mengenai sejarah.

Perkembangan historiografi di Indonesia secara umum dibagi menjadi tiga bagian, yakni historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi modern.

Historiografi kolonial adalah penulisan sejarah yang berkembang pada masa kolonial Belanda, sekitar abad ke-17 hingga awal abad ke-20.

Beberapa contoh historiografi kolonial adalah History of Java karya Thomas Stamford Raffles dan Geschiedenis van Indonesia karya HJ de Graaf.

Historiografi kolonial memiliki sejumlah karakteristik atau ciri-ciri. Berikut ini karakteristik historiografi kolonial.

Baca juga: Historiografi pada Masa Islam di Nusantara

Bersifat Eropasentris

Historiografi kolonial bersifat Belanda-sentris atau Eropasentris artinya hasil karya penulisan sejarah hanya menonjolkan peranan bangsa Belanda atau Eropa yang menulisnya.

Hal ini merupakan perkembangan secara logis dari situasi kolonial, di mana penulisan sejarah terutama mewujudkan sejarah dari golongan yang dominan beserta lembaga-lembaganya.

Ditulis oleh bangsa Barat

Penulisan historiografi kolonial dilakukan oleh sejarawan atau orang-orang Barat.

Pada umumnya, karya yang dihasilkan oleh sejarawan kolonial ditulis di negeri Belanda dan penulisnya tidak pernah berkunjung ke Indonesia.

Van Leur menyebut hal itu sebagai, "sejarah yang ditulis dari atas geladak kapal atau gudang-gudang loji".

Jika pun ditulis di Indonesia, data-datanya hanya berdasarkan informasi dari pejabat-pejabat pribumi dan pejabat kolonial.

Baca juga: Kapan Dimulainya Historiografi Indonesia Modern?

Menonjolkan peran orang-orang Belanda

Ciri-ciri historiografi kolonial adalah menonjolkan peran orang-orang Belanda di Indonesia.

Biasanya, membahas mengenai pemerintahan kolonial dan pejabat-pejabatnya, terutama aktivitas pemerintah kolonial di bidang politik, ekonomi, dan institusional.

Hal itu dapat dimengerti, karena maksud setiap pembuatan historiografi kolonial adalah untuk menjadi laporan pada pemerintahan Kerajaan Belanda untuk dijadikan bahan evaluasi.

Bersifat diskriminatif

Historiografi kolonial bersifat diskriminatif artinya, aktivitas penduduk pribumi tidak mendapat perhatian.

Dengan kata lain, bangsa pribumi hanya diletakkan sebagai objek.

Penggunaan sumber-sumber sejarah lokal seperti syair, hikayat, dan babad, cenderung diabaikan karena dianggap memiliki kualitas reandah dan tidak rasional.

 

Referensi:

  • Iryana, Wahyu. (2014). Historiografi Barat. Bandung: Humaniora.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com